Embun selonjoran. Menumpangkan kakinya dikaki Minjae yang bersila. Di sampingnya ada Bintang yang shirtless. Perut kotak kotaknya membuat Embun sedikit tak fokus dari tadi.
Naura sibuk makan cemilan bersama Jello didekat pintu. Theo sedari tadi hanya jadi pesuruh yang selalu bolak balik dapur untuk mengambilkan cemilan atau minuman bagi anak anak sinting itu.
Javas dan Danial sudah mabar game online didekat kipas. Umpatan dan teriakan tak terelakan.
Embun hanya diam. Sibuk main hape sesekali menggerakan kakinya membuat Minjae terkejut lalu reflek memegangi kaki Embun.
"Haish jangan gerak gerak," kesal Minjae, menukik alisnya tajam.
"Dih marah?" Tanya Embun songong. Lalu terkekeh begitu Minjae menggeleng pasrah. Lelaki itu tidak pernah marah padanya.
Semua sibuk pada urusan masing masing. Saat Danial mengumpat paling kasar lalu melompat duduk di samping Minjae itu berarti game nya kalah. Sedangkan Javas bingung sendiri karena masih main. Naura kini sudah duduk di sampingnya membawa cemilan. Jello berjalan ke ujung ruangan vidio call entah dengan siapa.
Beralih pada Minjae, menyodorkan tangan meminta dipijat. Lelaki itu menurut. Memijat dengan telaten tangan Embum.
"Tangan lo ada apaan sih?" Tanya lelaki itu. Menarik tangan Embun hingga mendekat dihidungnya.
"Ada apaan?" Embun balik bertanya. Memeriksa tangannya yang tidak ada apapun.
Minjae tertawa. "Ngerti nggak? Gue kayak cium tangan lo," katanya sembari mereka ulang apa yang ia lakukan tadi.
Embun bersorak mengerti. Tersipu samar dengan kekehan geli.