Satu jam lebih tiga puluh lima menit.
Embun menguap. Menyandarkan tubuhnya dikursi berharap Naura peka bahwa ia sudah bosan dengan percakapan ini.
Tapi nyatanya tidak. Gadis itu malah makin gencar bercerita. Kalimatnya berputar putar, tetapi Embun sadar apa yang sebenarnya ia katakan.
"Mbun, apa yang bakal lo lakuin kalau cowok yang lu suka punya cewek?" Tiba tiba gadis itu memberikan pertanyaan, Embun menumpu pipi kanannya menatap datar Naura yang menanti jawaban.
"Tergantung siapa ceweknya," tidak puas dengan jawaban membingungkan Embun, Naura merengek.
Gadis berwajah menggemaskan tetapi juga judes itu menghela nafas, menunduk sebentar lalu mendongak, "Kalau cowok yang gue suka punya pacar, tergantung siapa pacarnya. Kalau pacarnya gue kenal ya mundur, kalau nggak kenal alias anjeng dia parasit ya gas."
"Gue pepet terus sampai mereka putus."
"Lo tau? Sekali pun Danial punya cewek bakalan tetep gue kejar kalau dia berani baperin gue walau sekali. Bukan masalah nggak ada akhlak atau jiwa pelakor sejak dini, udah tau dia punya cewek kenapa baperin gue? Hati gue nggak sebercanda itu, man."
"Jangan kan baperin sekali, kalau udah ada tanda tanda dia bakal baperin pasti gue baperin balik. Bodo amat sama pendapat orang yang bilang gue murahan alias lo anjing ngapain ngurusin gue. Tuh cowok lebih murahan karena baperin gue padahal punya cewek. Kalau mau seneng seneng, lu mabok atau guling guling jangan pake hati gue," tambah Embun. Wajahnya serius menatap lurus tepat dimata Naura yang tertegun.