"Lu pernah nggak sih deket sama orang yang kalau dirame orang dia cuek tapi kalau cuma berdua jadi sweet abis?"
Embun menarik kedua ujung bibirnya, mengedip beberapa kali dengan senyum tak sampai mata. Menatap Naura yang memberi pertanyaan membingungkan.
"Gimana Ra?" Tanyanya dengan senyum paksa.
Naura yang duduk di depannya tetapi terpisah meja itu tersenyum tipis, baru ingat bahwa sahabatnya yang satu itu otaknya lambat dan tidak bisa mencerna kalimat rumit.
"Jadi nih, misal lu sama Minjae-"
"Kenapa harus Minjae?" Potong Embun dengan wajah bingung yang kentara. Naura mendelik.
"Gue ini," kesal Naura. "Lu sama Minjae nih, dia kalau dirame orang cuek ke elu tapi kalau cuma berdua jadi sweet kayak ngelus kepala terus ngomongnya lembut."
"Lah si Minjae mau rame orang apa enggak juga sweet ke gue," balas Embun. Memang benar, tidak sedikit kejadian dimana Minjae bersikap manis kepadanya. Entah nada bicara yang lembut atau perilaku.
Naura mengumpat pelan. "MISAL WOI."
Embun nyengir, "oke terus gimana? Si cowok ini gimana ke elu?"
"Ya gituu dia kalau ada rame orang cuek dingin terus kasar, tapi waktu cuma berdua jadi sweet."
"Siapa sih?" Tanya Embun penasaran, Naura hanya tersenyum penuh misteri, "Danial? Javas? Bintang? Tae?"
Naura mendelik mendengar salah satu nama yang disebutkan Embun. Javas. "Anjir lo tau nggak Javas ternyata suka sama gueee."
Embun membelalak tak percaya, "serius lo setan? Javas si gemoy temen kita?"
Naura mengangguk makin membuat Embun tak percaya. "Lu tau dari mana?"
"Al ngomong ke gue, sialan emang!" kesal Naura. Jadi mencak mencak sendiri mengingat lelaki yang sepantaran dengannya itu.
Embun diam. Menatap sahabatnya yang entah kenapa selalu terlibat percintaan dengan teman komplek.
Dia memang cantik, pipinya bulat menggemaskan dengan senyum ramah yang tak pernah hilang. Mata kecilnya tertutup kaca bulat lucu dengan jilbab yang selalu menutupi kepala. Dia royal dan baik hati, pantas saja jika banyak yang suka.