"Minta maaf sono!" kesal Javas. "Kasian nyet orangnya sampe nangis nangis ke gue," lelaki itu dibuat geregetan dengan Danial.
"Gimana mau minta maaf, gue chat aja nggak dibales," Danial menggelinding ke sisi kiri kasur. "Eh iya tadi katanya lu mau ngomong," menatap Javas yang diam sejenak lalu kembali menunduk main hape.
"Nggak jadi."
Danial mendecih. Kembali merengek dengan menggemaskan. "Apa sih apa woi Ra gue santet juga ini anak," gerutunya tak jelas. Javas menumpu dagu, menatap datar temannya yang belingsatan hanya karena Naura.
Bukan hanya. Naura adalah segalanya. Bagi beberapa orang.
**
"Sepi," Theo selonjoran disofa. "Pada kemana?" Tanyanya pada Bintang yang makan di sampingnya.
"Nggak tau." jawaban acuh itu membuat Theo hampir melempar asbak kaca di depannya. Sikap acuh tak acuh Bintang entah menurun dari siapa. Padahal kedua orang tuanya bahkan adiknya memiliki sikap ramah.
Lalu hening. Dentingan sendok milik Bintang dan suara batuk dari Theo yang mengisi ruangan. Bintang menoleh kesal, padahal sudah diberi tau untuk berhenti merokok tetapi Theo bebal. Sekarang lelaki itu batuk tak jelas.
"Jae, urusin abang lo, bilang suruh berhenti ngerokok!" ketus Bintang begitu Minjae datang. Padahal lelaki jangkung itu baru membuka pintu dan belum sepenuhnya masuk. Theo terkekeh saja.
"Yang lain mana?" Tanya Theo begitu Minjae duduk memangku gitar.
"Ada masalah."
"Siapa?"
"Lo nanyain siapa?" Minjae malah balik bertanya. Kini membuka hape mencari kunci gitar dari lagu yang ingin ia nyanyikan.
Theo mendecak. "Naura, Embun, Danial, Javas," jawabnya menyebutkan satu persatu remaja yang biasanya juga datang. "Masalah apaan?"
Minjae mengendikkan bahu. Tetapi langsung duduk tegap mendekati Theo tak jadi menggenjreng gitar. "Gue denger ada yang cinta cintaan. Tapi sepihak," bisiknya sembari menepuk salah satu telapak tangannya dengan angin sehingga tak bunyi.
"Siapa?" Tanya Theo juga berbisik. Minjae menggeleng, "yang pasti bukan Embun."
Theo mundur dengan geplakan di kepala Minjae, "ya pasti Naura itu mah monyet."
"Tapi cowoknya nggak tau yang mana," tambah Minjae masih berbisik. Mengelus kepala belakangnya yang panas.