Minjae duduk dikursi samping Embun sembari memangku gitar. Di depan mereka ada Naura dan Theo. Sedangkan Javas, Danial dan Bintang duduk tak jauh dari mereka.
Ada beberapa gelas plastik berisi kopi. Embun berdiri. Meninggalkan Minjae yang masih misuh misuh dan Naura yang menanggapi serta Theo yang diam main hape. Menghampiri Javas, Bintang dan Danial yang foto foto.
Kafe outdoor, ada tempat yang lumayan luas tepat diatas jurang. Embun berdiri diujung. Berdehem dengan senyum manis.
"MIN YOONGIIIIII, SARANGEEEEE!!!"
"Woi sinting!" kesal Bintang. Menatap horor Embun yang tadi berteriak. Beruntungnya keadaan sepi karena sudah malam.
"Hidup itu kalau nggak diselingin gila, bisa mati rasa," sahut Embun tak jelas. Javas mendelik tak paham.
"Lo mah gila beneran," kali ini Danial, lelaki itu menggeser posisi Embun lalu menyuruh gadis itu menepi karena dia ingin berfoto.
Embun berlari. Menuju Minjae yang kini meletakkan gitar dimeja bundar sedangkan Theo entah kemana dan Naura asik selfie.
"Ayo gitar weh nyanyi nyanyi kita," ajak Embun ceria. Menatap Naura dan Minjae dengan alis dinaik turunkan.
"Males," sahut Minjae dengan sorot mata bosan. Tetapi tak lama lelaki jangkung itu memangku gitar dengan tangan sibuk mencari chord lagu yang ia inginkan di hape.
"Katanya males," cetus Embun dengan bibir dimainkan.
Minjae tak merespon. Saat baru meletakan jari dikunci G, senar paling bawah tiba tiba putus. Minjae mengumpat. "Gitar aja empet apalagi gue!" kesalnya. Setengah membanting gitar ke meja.