"Kalau sampe Papa tau habis lu!"
Embun merenggut kesal. Lalu tertawa pelan bersama Della. "Emang haram banget nih baju," keluhnya mengenai baju putih ketat yang menunjukan bahu dan belahan dadanya.
"Gakpapa elah, sekali kali."
Embun mendengus mendengar kalimat Della. Setelah menyemprotkan parfum berlalu keluar. Langsung gas menuju kafe yang dijadikan tempat party Naura. Ternyata sudah ramai. Naura sudah sibuk mengajak ngobrol teman temannya.
"Gue dinyinyirin anak anak nggak nih pake baju ginian?" Lagi lagi Embun masih mempermasalahkan bajunya. Della mendengus kesal.
"Astaghfirullah Embun woi, lu make apaan?"
Gadis itu meringis. Menyibakkan rambutnya menatap Naura yang menggeleng tak percaya. Gadis berjilbab hitam itu bahkan sempat menyinyir pedas perkara bahunya yang terbuka.
**
"Woi tante dari mana nih?" Celetuk Jello yang duduk di samping Minjae. Gadis itu tak merespon berjalan mengikuti Della yang hendak mengambil kue. Sudah ada angka tujuh belas. Astaga, dia bergaul dengan anak kecil.
Naura sendiri sibuk menyalami teman temannya. Sesekali menggosip atau saling menjodohkan. Acara ulang tahunnya berubah jadi take me out dadakan. Dari ujung terlihat Della sudah memanggil. Menyuruhnya datang karena acara sudah mau dimulai.
Singkatnya, semua berjalan baik baik saja. Naura merasa senang karena bertemu teman temannya. Gadis itu terkekeh melihat teman teman komplek yang berseru mengambil makanan. Walau Minjae dan Bintang tetap si kalem yang sangat cool. Dua lelaki itu sibuk main hape saat yang lain makan atau bercanda. Di samping Bintang ada Embun yang baru saja selesai makan.
Naura mendesah pelan saat Bintang melotot tajam terlihat marah marah pada Embun yang cengengesan. Entah Embun yang tak punya takut atau Bintang yang terlalu emosian.
"Happy birthday, Ra."
Naura tersenyum lebar menyambut pelukan teman perempuan sekolahnya. "Makasih."
"Kalau gue bikin turun gini hot nggak?"
Della tertawa ngakak melihat Embun mengelus bahunya sembari menggigit bibir. Astaga gadis macam apa di depannya ini?
"Tuh anak bajunya kayak gembel."
Lelaki tinggi itu mengangguk sekali, "gak kapok emang dinyinyirin tetangga."