"Embun makan!"
"Bisa pada makan nggak? Udah dibukain juga. Taroh dulu itu gitarnya makan woi!"
"Embun!"
"Ck. Iya iya makan nih makan," Embun mendelik. Menaruh hapenya. "Lah nggak lo bukain sekalian?"
Naura menggeleng tak percaya dengan sikap manja Embun. Membuka plastik bakso menaruhnya dimangkuk.
"Sekalian saos."
Naura patuh. "Segini?" Tanyanya sembari menuang saos. Embun mengangguk.
Tak lama Naura berlalu makan bersama Minjae dan Bintang di pojokan.
"Masih lama nggak, Ra?"
"Kenapa? Suapin?" Tanya Naura masih sibuk makan.
Embun mengangguk. "Astaghfirullah manja bener anak setan," kesal Naura.
Embun sibuk main hape. Tak lama Bintang datang setelah menumpuk mangkuk kotor ditengah tengah mereka. "Suapin nggak?" Tanya lelaki itu iseng.
"Ogah!" Lanjutnya saat Embun malah mengangguk.
Lalu makan dengan tenang saat Naura duduk di sampingnya sembari menyuap bakso.
"Malah kebalik kan? Adeknya yang nyuapin kakaknya. Manja banget," celetuk Minjae menyindir Embun yang mengunyah bakso.
"Jijik gue," sahut Bintang kasar. Embun agak mencelos. Lalu menarik ujung matanya mengejek Bintang yang tak peduli. Menatap tajam lelaki itu yang sibuk mondar mandir tak jelas.
Tak lama Embun mengambil paksa mangkuk baksonya. Makan sendiri dengan tenang walau wajah cemberutnya tak hilang. Naura tertawa pelan melihat itu.
"Nggak paham ya lu ditungguin mau dicuci mangkuknya," sentak Bintang karena melihat Enbun makan lama sekali. Gadis itu menghela nafas, moodnya buruk sejak di rumah, tetapi lelaki songong itu memancing emosi terus menerus.
"Ya biarin sih biar ntar gue cuci nggak usah berisik lo!" Sahut Embun kesal dengan kedua pipinya menggembung karena bakso. Bintang terkekeh berlalu duduk didekat Embun sembari main hape.
**
"Temen lo tuh males guee."
Naura yang cuci piring menoleh kaget, "siapa?"
"Tau lah!" Embun buang muka. Menaruh mangkuknya diwastafel. Berdiri tegap menatap Naura yang sibuk cuci piring. Rajin sekali dia.
"Emang emaknya Bintang kemana?" Tanya Embun karena sedari tadi tidak melihat.
"Pengajian."
"Lagian rajin banget lu cuci piring."
Naura mendelik, "ya selesai makan cuci piring lah, dulu masak juga gue yang cuci piring."
"Terserah."