Kasus pencurian berantai yang ditulis Mr. Sean dalam novel terbarunya ternyata menyeret dia pada pusaran kasus yang persis sama dan terjadi di dunia nyata. Mungkinkah ada seorang copycat di luar sana yang menghidupkan kisah fiksi yang ia tulis. Lant...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~•~ Happy Reading ~•~
Malam itu, Wang Yibo merebahkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur di salah satu kamar apartemen Rosy. Dia memejamkan mata, mencari-cari dalam pikirannya yang kabur, sebuah bayangan wajah manis yang menjilati permen.
Pemuda manis itu tak pernah berhenti memikatnya. Hatinya yang nakal semakin tak karuan saat dia mulai berimajinasi liar. Permen itu dia hisap sampai habis tadi siang. Ada bekas mulut Xiao Zhan di sana, membuatnya rela jika harus melempar batangan rokok selamanya.
Wang Yibo begitu tenggelam dalam imajinasi sampai tidak menyadari bahwa Rosy, gadis model yang cantik itu masuk ke dalam kamar dan tersenyum padanya.
"Sudah berapa pekan kau tidak datang kemari," ujar Rosy dengan suara lembut. "Kau merindukanku?" tanyanya, menuju sebuah kursi di depan meja rias.
"Tidak," jawab Wang Yibo sambil memejamkan mata.
Rosy merengut. "Bicaramu masih saja kasar," gumamnya sambil menyisir rambut dan mengoleskan pelembab bibir berwarna pink. "Tapi aku senang mendengarnya, jika kau berubah romantis, mungkin aku akan takut."
Wang Yibo membuka mata, lantas berusaha merubah posisi tubuh. Dia kini duduk di kasur, punggungnya bersandar pada kepala tempat tidur.
Dia mengawasi Rosy yang duduk di meja rias membelakanginya. Dalam pantulan cermin rias, ia bisa melihat wajah cantik gadis itu yang sedang merias diri.
"Kalian para wanita, menghasilkan jutaan dollar untuk bayaran iklan produk kosmetik dan mengatakan pada orang-orang bahwa kalian juga memakainya. Padahal sama sekali bohong," Wang Yibo berkomentar dengan nada sinis.
"Saat kau sedang kesal, apa pun yang terjadi di hadapanmu semuanya selalu terlihat salah," sahut Rosy datar.
Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat tidur. Gaunnya yang pendek dan terbuka di bagian bahu mengekspos kulit tubuh yang putih bersih dan berkilauan. Efek perawatan rutin dan mahal. "Mungkin aku harus menghiburmu, untuk meredakan kekesalanmu." Suara gadis itu pelan dan menggoda.
Dia naik ke tempat tidur. "Kau mau memelukku? Aku takut mendengar halilintar.."
"Halilintar..??" Wang Yibo menatap kebingungan.
"Tapi di luar tidak hujan," sambungnya.
"Ramalan cuaca mengatakan akan hujan," Rosy bersikeras. Aroma parfum bunga menyerbu indra penciuman pemuda itu.
Urat-uratnya menegang saat ia mengatupkan rahang. Dia mulai gelisah dan mulai menggeser-geser kaki. Dia mencuri pandang sesekali agar Rosy tidak memergokinya sedang mengamati tubuh gadis itu.
Wang Yibo berjuang untuk tidak berkhayal namun tidak berhasil. Pikirannya kembali dipenuhi imajinasi liar.
Rosy memandanginya dengan mata sayu dan menunduk. Memancarkan cinta dan kerinduan seperti pandangan seorang kekasih pada umumnya. Dia membisikkan nama pemuda itu saat mendekat.