Hai, I'm back
I've been under the bad weather for some day but I'm glad I could finish this chapter today ❤~•~ Happy Reading ~•~
Xiao Zhan mendekap kedua lengan di depan dada, menggigil oleh sergapan rasa cemas yang absurd. Hembusan angin dingin menambah kepedihan dalam hatinya.
Saat itu ponselnya berdering, pelan, tetapi membuat dirinya terlonjak kaget.
Berjuang meredakan kepedihan itu, dia melangkah ke dekat meja di mana ia menaruh ponselnya.
Zhuocheng.
“Hallo?”
“Zhan, aku hanya ingin mengingatkan, naskahmu harus sudah di mejaku pukul sembilan pagi besok,” Zhuocheng menyalak di telepon seperti biasanya.
“Zhuocheng kumohon ….”
Xiao Zhan memejamkan mata, memijit-mijit pelipisnya.“Aku yang harusnya memohon. Kau sudah mengabaikan novel ini, banyak pengemarmu yang kecewa dan memaki-maki.”
Xiao Zhan menghela nafas panjang.
“Apa kau benar-benar serius ingin berhenti di tengah jalan? Kau sama sekali tidak memikirkanku dan pihak lain yang terlibat.”
“Tapi Zhuocheng---”
“Jangan terlalu kejam padaku. Ingat bagaimana aku memperjuangkan kariermu, banyak pihak yang sudah menjadi anak tangga hingga kau sampai di posisimu sekarang. Dan kini kau ingin bertindak seenaknya hanya karena alasan yang tidak rasional, aku tidak menyangka.”
“Astaga ...” desis Xiao Zhan.
Fakta tak terelakkan itu mencekiknya sehingga ia merasa sesak.
“Hentikan sikap berlebihanmu, aku muak mendengarnya."“Aku juga muak dengan sikap tidak konsistenmu. Ini novel terakhir, aku berjanji setelah ini aku akan membebaskanmu. Pergilah berlibur ke Venezia.”
“Tapi, apa yang harus kutulis sekarang? Aku benar-benar tidak tahu. Aku bingung ....” Xiao Zhan kembali mendesah berat.
Zhuocheng terdiam sesaat, sebelum suaranya terdengar lagi, kali ini lebih lunak.
“Apa pun. Terserah padamu. Bukankah selama ini juga semuanya selalu terserah kamu.” Zhuocheng mendramatisir lagi.
Xiao Zhan nyaris bisa membayangkan bibir sang editor yang mencibir.
“Aku---aku belum mendapatkan inspirasi.” Xiao Zhan mengakui.
“Beri aku waktu.”“Aku tidak peduli jika kau tidak tidur semalaman. Naskahmu harus kuterima besok. Lusa nanti akan ada rapat dengan para investor. Kau harus hadir! Oke, Zhan. Selamat bekerja!”
Zhuocheng memutus sambungan telepon dengan semena-mena.
Mulut Xiao Zhan masih ternganga saat ia mendengar bunyi dengung yang panjang.
Dia mendelik kesal sekaligus cemas. Menyapu rambutnya ke belakang kepala, ia mengerang frustasi.
Xiao Zhan berjalan gontai menuju ruang kerjanya. Duduk tegang menghadapi laptop yang belum dinyalakan sejak hari-hari panjang yang terlewati saat ia memutuskan berhenti menulis sementara.
Menatap kosong pada layar hitam di atas meja, dia sama sekali tidak mampu melahirkan kata-kata. sementara menit demi menit terus berlalu dalam hening.
Xiao Zhan tidak tahu berapa lama ia termangu. Perlahan ia menyalakan tombol on dan laptop pun menyala, menjilati wajah pucatnya dengan pancaran radiasi cahaya.
Sebenarnya ia sudah tak ingin melakukan ini. Begadang untuk menulis fiksi yang nyaris mengacaukan kewarasannya. Tidak sekarang, ataupun nanti. Tapi nyatanya tidak ada yang tersisa dalam hidupnya kecuali tulisan-tulisan ini, pada apa dia bergantung hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬
Mystery / ThrillerKasus pencurian berantai yang ditulis Mr. Sean dalam novel terbarunya ternyata menyeret dia pada pusaran kasus yang persis sama dan terjadi di dunia nyata. Mungkinkah ada seorang copycat di luar sana yang menghidupkan kisah fiksi yang ia tulis. Lant...