Epilog

459 57 7
                                    

Hawa panas mereda pada beberapa hari pertama bulan Oktober. Senja hari menjadi sejuk dan berjalan-jalan di kawasan The Bund terasa menyenangkan. Udara lengas menghilang dan matahari kehilangan teriknya saat ia tenggelam ke dalam sungai, menyisakan pendar jingga merah di langit keunguan.

Berdiri menyandarkan tubuh pada pagar besi pembatas, Li Xian menikmati suasana senja yang indah di sepanjang tepian sungai Huangpu yang memikat. Menatap pada satu dua kapal penumpang yang melayari sungai hanya untuk sekedar berkeliling menikmati pemandangan dan teringat cerita-cerita para wisatawan yang membawa kesan dan kenangan menyenangkan tentang berlayar memutari sungai yang membelah kota Shanghai.

Setelah beberapa bulan terakhir bekerja keras dalam menangani satu kasus kriminal yang berat, Li Xian merindukan momen tenang untuk dirinya sendiri. Ini akhir pekan dan ia hanya mengambil cuti selama tiga hari. Dia akan kembali pada rutinitas membosankan di pertengahan minggu dan ia mulai memikirkan betapa menyenangkan duduk sendirian di salah satu bangku terisolasi di kawasan The Bund atau menghadapi secangkir kopi di kedai kopi kecil seraya mendengarkan lantunan piano instrumental, daripada dikelilingi dokumen dan barang bukti yang berasal dari sekawanan bajingan.

Li Xian mundur dari tepi sungai setelah hampir setengah jam berdiri dan berkeliaran dengan sebatang rokok terselip di jemari. Seperti imajinasinya semula, dia berjalan menuju barisan kafe di sisi lain dan memilih secara acak dari beberapa kedai kopi kecil yang tenang.

Kedai kopi itu memiliki nuansa vintage dengan dominasi warna coklat yang kuning keemasan hangat dan banyak pot tanaman hidup sebagai dekorasi. Li Xian melangkah masuk disambut musik klasik yang dia harapkan.

"Kopi Vienna Anda."

"Oke. Terima kasih. Ah, kenapa kelihatannya berminyak? Kau yakin tidak keliru menyajikan ini padaku?"

"Ini sesuai pesanan."

Ada pembicaraan ringan yang mengalir di antara alunan lagu. Tidak jauh dari meja yang diduduki Li Xian. Ada partisi dari ukiran rotan yang dihiasi pot pot bunga, tapi tidak menghalangi pandangan mata Li Xian pada si pengunjung yang bicara dengan seorang pelayan yang baru saja menyajikan dua cangkir kopi.

Li Xian menoleh tanpa maksud apa-apa. Tetapi sosok pengunjung itu menarik perhatiannya. Tidak. Lebih tepatnya, mengunci fokusnya. Dia seorang pemuda tampan dengan setelan kasual dan wajah datar. Rambut hitam kecoklatan ditata secara acak, tapi anehnya membuat pemuda itu jadi terlihat lebih keren.

Dia ... Wang Yibo.

Pemuda itu baru dibebaskan dari penjara dua bulan lalu. Itu sepengetahuan Li Xian. Sepertinya dia masih sangat menikmati kebebasan yang sudah lama terenggut darinya akibat kasus pencurian berantai, dan transaksi ilegal serta dugaan pembunuhan yang tak pernah bisa dibuktikan.

Li Xian hanya mengangkat bahu. Tangannya bergerak mengambil daftar menu, memilih satu di antara banyaknya jenis kopi yang menggugah selera.

"Kau benar-benar memesan ini?" Lagi-lagi Wang Yibo bersuara.

"Ya. Kau bilang ingin sesuatu yang beda."

"Tidak seaneh ini."

"Kau mengomel lagi. Sungguh melelahkan."

Yang menyahut bukan lagi si pelayan. Sekali lagi, Li Xian menoleh ke arah meja Wang Yibo. Sosok lain yang baru saja datang bergabung dengan si mantan pencuri membuatnya tersentak.

Xiao Zhan? Mr. Sean?

Niatnya memilih kopi sesaat tertunda. Diam-diam Li Xian mengamati bagaimana dua pemuda itu saling berinteraksi. Xiao Zhan masih seelegan biasanya, dan terlihat lebih segar dan bersemangat. Li Xian tidak membaca novel online tetapi ia mengetahui bahwa Mr. Sean kini beralih menulis novel romansa. Respon penggemar tidak terlalu bagus tetapi anehnya, sang penulis bersikeras dengan ide-ide usang yang diperburuk dengan eksekusi kurang bergelora. Entahlah. Satu kabar lagi, tiga tahun lalu, novel thriller terakhir Mr. Sean yang berjudul Midnight Memories telah naik cetak dan berhasil menjual ribuan eksemplar di seluruh negeri. Saat itu dengan bodohnya, di bawah tatapan geli Letnan Chen, ia memutuskan membeli novel itu.

𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang