Chapter 11 : The Poppy Flowers

586 131 18
                                    

Di kantor-kantor, di kafe, bis kota, kereta, di bangku-bangku tepi jalan, di taman-taman, orang-orang tenggelam dalam ponsel masing-masing membaca webnovel karya Mr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di kantor-kantor, di kafe, bis kota, kereta, di bangku-bangku tepi jalan, di taman-taman, orang-orang tenggelam dalam ponsel masing-masing membaca webnovel karya Mr. Sean.

"Rating pencarian nomor satu di Chocolate page."

"Sudah baca web novel terbaru Mr. Sean?"
"Bukankah itu bagus sekali?"
"Baru beberapa episode tapi aku sangat penasaran."

"Aku merasa jatuh cinta pada tokoh utamanya."

"Semangat! Mr. Sean!"

"Penjahatnya eksentrik."

"Ahh Mr. Sean, tolong carikan kekasih untuk Ryan."

Pembicaraan tentang novel baru itu berdengung di mana-mana. Nampaknya untuk kesekian kali, novel Mr. Sean diterima dengan baik oleh publik. Masa depan cerah akan proyek filmnya pun mulai dibicarakan pihak investor.

"Zhan! Luar biasa! Ratusan ribu orang telah membaca webnovelmu. Padahal belum sampai sepuluh episode. Aku baru saja mendapat telepon dari Mr. Xiu, dia mengajak kita makan malam di The Philosopher. Kau harus datang!" Zhuocheng berseru gembira di telepon.

Siang itu Xiao Zhan tengah duduk menghadapi laptop di ruang kerjanya. Kepalanya yang kosong tanpa inspirasi langsung berdenyut-denyut sakit mendengar suara editornya.

"Aku usahakan datang," dia mendesah malas.

"Aku yakin dia akan membahas proyek film baru, novelmu akan diadaptasi lagi.  Aku mencintaimu Zhan.."

"Ssshhh.... " Xiao Zhan menangkupkan kepala pada salah satu telapak tangannya.

"Kau sudah melihat review para pembacamu?"

"Haruskah aku melihatnya?"

"Tentu, kau akan kagum dengan dirimu sendiri, tampan.."

"Huftt.. Kau menjijikkan," omel Xiao Zhan.

Zhuocheng terkekeh-kekeh di telepon.
"Oke, sampai ketemu nanti malam."

Zhuocheng menutup telepon. Xiao Zhan merasa kelegaan memenuhi dirinya begitu suara editornya terputus di sambungan.

Dia mematikan laptop dengan frustrasi. Hari belum lagi jam dua belas siang tapi kepalanya sudah mumet. Mungkin dia butuh keluar untuk mencari udara segar.

~ • ~

Meng Zhiyi turun dari mobil dan melepas kacamata hitamnya. Siang ini dia nampak fresh dan sangat cantik dengan gaun pendek Versace keluaran terbaru. Dia menatap Shanghai Art museum  di hadapannya. Ekshibisi terbesar tahun ini akan diselenggarakan pihak museum.

Seorang petugas menyambutnya di pintu masuk. Suasana pameran sudah ramai. Meng Zhiyi mengamati sebuah lukisan yang terpasang secara terpisah dengan pelindung kaca. Lukisan itu menggambarkan seikat bunga kuning dalam jambangan hitam.

𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang