Chapter 22 : Corpse

502 109 6
                                    

Dermaga Suzhou, 02.00 PM

Matahari bersinar terik siang itu. Kawasan dermaga Suzhou bagian timur dipenuhi beberapa orang warga setempat yang saling bertanya dan berbisik-bisik.

Di bawah terpaan sinar matahari, bau amis dari gudang-gudang nelayan sekitar seratus meter dari situ terbawa angin panas dan memenuhi udara.

Beberapa awak media terlihat mengambil foto-foto dari jarak aman.

Sersan Li Xian berjongkok, dengan satu tangan bertumpu pada pahanya dan tangan yang satu lagi menggerakkan kepala mayat yang terbujur kaku di tepian dermaga. Seorang petugas lain berdiri di sampingnya memegang handy talkie, bicara pada seseorang.

"Sersan Li dan aku sudah berada di TKP," kata si petugas pada handy talkie.

"Ya, baiklah. Kami akan tunggu. Tolong minta Letnan Chen mengirimkan tim forensik kemari."

Li Xian berdiri, kepalanya masih menunduk mengawasi mayat seorang laki-laki yang pucat nyaris keabuan.
Dia melonggarkan kerah kemejanya. Mengenakan blazer hitam nampaknya keputusan yang buruk, panas matahari seolah terserap ke kulitnya. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

Sekitar dua puluh menit kemudian, satu ambulan dan satu mobil polisi dengan sirine yang meraung-raung memasuki kawasan dermaga. Letnan Chen keluar dari mobil dan berjalan dengan langkah kaki lebar-lebar, mencoba menembus orang-orang yang berkerumun.

"Kosongkan TKP!" dia memerintah tanpa menghentikan langkah.

Tangannya menunjuk pada seorang petugas.

"Sterilkan TKP, pasang pita kuningnya. Jarak lima meter. Kenapa kalian diam saja??!"

Letnan Chen menegur seorang wartawan yang memotret mayat dari dekat. "Perhatikan kode etik jurnalistik, kau tidak boleh memuat foto mengerikan ini di surat kabar."

Si wartawan mundur beberapa langkah.

"Mundur! Atau kuhancurkan kameramu!"

Letnan Chen menyembur pada seorang wartawan lain yang merangsek maju.

Beberapa warga ikut mundur dan sebagian berbalik pergi. Kehadiran aparat hukum nampaknya membuat mereka tidak leluasa melihat apa yang terjadi.

Letnan Chen menghampiri Li Xian yang masih berdiri dekat mayat itu. Letnan Chen berjongkok sebentar, mengawasi dari dekat. Sebatang rokok terselip di bibirnya, semenit kemudian dia berdiri, menghembuskan asap dari mulut dan hidungnya.

Wang Jiaer dan seorang anggota tim forensik lain memeriksa mayat itu dengan seksama.

"Penemuan mayat di dermaga Suzhou," gumam Letnan Chen sambil meniup asap rokok.
"Sudah lama sekali hal ini tidak terjadi."

Li Xian menatap sekali lagi kepala si mayat.
"Nampaknya dia ditembak dengan senjata jenis kaliber 22 di bagian belakang kepala."

"Bagaimana kejadiannya?"

"Warga setempat mencium bau busuk dan melaporkannya. Lalu patroli menemukan ini, tersembunyi di belakang tumpukan peti kayu."

"Tidak ada identitas dan tanda pengenal lainnya?"

Li Xian menggeleng.
"Dia nampak seperti warga sipil biasa. Mungkin nelayan setempat."

"Korban perampokan?"

"Mungkin saja. Tidak ada laporan orang hilang yang masuk."

"Jadi mayat malang ini tidak punya keluarga?"

Li Xian menggeleng lagi.

Letnan Chen menikmati hisapan rokok terakhir sebelum membuang puntung ke dalam sungai.

𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang