Chapter 23 : Blackout

527 108 26
                                    


Fraser Apartment 11.30 PM

Yibo --
Yibo --
Aahh!

Aahh...!!

Yiboo..!!

Suara erangan kesakitan menggema dalam keheningan seiring munculnya bayangan hitam yang menyergap.

Ada seseorang yang diserang, disiksa, dianiaya. Rintihannya mendengung menyakitkan telinga.

Siluet sepasang tangan muncul dari keremangan. Menggapai, merentangkan jemari, mencakar.
Semuanya nampak mengabur, berganti dengan gambaran kulit tubuh seseorang yang penuh guratan luka.

Xiao Zhan terkesiap. Dia berusaha menjangkau bayangan yang bergerak-gerak itu. Tangannya terulur, tetapi bayangan itu semakin menjauh.

Lalu perlahan-lahan ---

Suara rintihan pun memudar dalam kekosongan.

Semakin memudar.

Menghilang.

Seolah tersapu angin sampai berkilometer-kilometer jauhnya.

Adegan penganiayaan apa ini?

Punggung siapa itu? Tangan siapa?

Apakah terlalu banyak menulis adegan thriller membuatku sering berimajinasi mengerikan?

Drrtttt!

Dering yang diiringi getar ponsel menggema kencang di dalam ruangan yang sunyi.

Xiao Zhan terperanjat.

Untuk sesaat ia merasakan sensasi berputar pada kepalanya. Lantas sedikit demi sedikit kesadarannya kembali.

Dia mendapati dirinya duduk bersandar di kursi kerja. Laptop terbuka dan menyala di hadapannya. Ponsel yang terus menerus berdering dan bergetar akhirnya membisu.

Jam berapa ini? Apa yang kulakukan sejak tadi?

Xiao Zhan mengerjap-ngerjapkan mata yang mengabur. Lampu di ruang kerjanya memancarkan sinar lemah. Ada dua lampu di ruangan kerjanya dan mungkin dia sengaja menyalakan lampu yang lebih kecil.

Benarkah?

Dia mencoba melakukan pencarian dalam diri, mengakses memori. Tapi tidak menemukan apa-apa.

Astaga! Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak mengingat apa pun?

Apa aku kembali mengalami blackout?

Dia melirik jam dinding. Waktu hampir menunjukkan pukul sebelas tiga puluh malam. Xiao Zhan tidak tahu berapa lama ia duduk melamun di ruangan itu.

Aku pasti ketiduran dan bermimpi aneh. Yah mimpi --
Potongan adegan absurd itu pasti hanya mimpi. Hasil dari tidur singkat di meja kerja dengan otak kacau balau.

Xiao Zhan merentangkan kedua lengannya yang pegal, mengendurkan otot dan persendian yang kaku. Lantas mengambil ponsel dan memeriksanya. Dia penasaran siapa yang meneleponnya malam-malam begini.

Nama Zhuocheng tertera di layar ponsel dengan lima panggilan tak terjawab.

Xiao Zhan mengerutkan kening. Editor mengerikan itu bahkan menerornya pada jam-jam yang tidak lazim.

Dia memijat-mijat dahi di antara dua alisnya. Meredakan efek pusing akibat terbangun secara mendadak.

Terbangun? Apakah aku benar-benar ketiduran dengan posisi duduk menghadap laptop?

𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang