Chapter 3 : Art Collector

829 155 23
                                    

SATU TAHUN KEMUDIAN

Ketika Xiao Zhan tengah menikmati sarapan yang disiapkan Vivian, pelayan yang datang setiap pagi ke apartemennya dan pulang setelah tengah hari, dia dikejutkan dengan suara berisik dari pintu depan.

"Zhan..!" Zhuocheng menyerbu masuk ke dalam ruang makan.

"Kupikir kau mengganti nomor kombinasimu untuk sembunyi dariku!"

Xiao Zhan memejamkan matanya.

"Bisakah kau lebih tenang?" ia mendesis.

Zhuocheng duduk di meja makan dan meminta secangkir kopi pada Vivian.

"Aku terkejut melihatmu sarapan dengan santai tanpa memikirkan deadline," kata Zhuocheng. Dia mengambil sepotong shrimp roll di piring.

"Deadline apa?"

"Novel terbarumu yang aku janjikan pada Mr. Xiu."

Xiao Zhan menaruh kembali sumpitnya. "Kau yang menjanjikannya."

"Zhan. Ini sudah setahun sejak konferensi pers. Delusion bahkan sudah booming di pasaran. Pembaca menantikan lagi karya terbarumu."

Zhuocheng nyaris terengah-engah, dia melambai-lambaikan tangan di depan wajah Xiao Zhan.

"Kau yakin tidak bisa membuat karya sehebat itu lagi?"

Xiao Zhan memijat pelipisnya, menggeleng perlahan. "Apa artinya gelenganmu?"

Zhuocheng memekik marah membuat Vivian yang mendekat sambil membawa kopi tersentak kaget.

"Jelaskan padaku!"

"Otakku buntu Zhuocheng.." desah Xiao Zhan bosan.

"Dua juta dollar!" pekik Zhuocheng lagi. "Sekali ini saja. Kau tahu? Dan setelah itu aku akan mengizinkanmu pensiun seumur hidup."

Editor itu mengangkat sudut bibirnya lantas komat kamit tidak jelas, memuntahkan semua kekesalan.
"Kau bilang apa di depan reporter waktu sesi wawancara?!" dia menyalak lagi.

Xiao Zhan menyentakkan kepala karena terkejut.

"Yang mana?"

"Kau bicara begitu diplomatis. Mengatakan bahwa karyamu selanjutnya tidak akan terduga dan penuh kejutan yang memukau."

"Saat itu aku membual.."

"Astaga!" Zhuocheng menampar permukaan meja.

"Zhuocheng, aku mengalami.. Semacam kekosongan, kebuntuan, tanpa inspirasi. Apa itu sebutannya??"

"Writer's block."

"Tepat sekali."

Zhuocheng menghela nafas berat.

"Pandang aku Zhan!" editor itu mencengkeram pinggiran meja.

"Kau harus bisa membuat karya baru. Aku tak peduli jika kau harus mencuci otak karatanmu itu di tukang laundry. Kau harus bisa! Demi masa depan kita yang lebih baik."

Xiao Zhan ternganga. Lantas mendengus kesal. "Kau makin dramatis. Membosankan!"

Zhuocheng menegakkan punggungnya dan menyeruput kopi.
"Begini saja, kau tidak perlu memaksakan diri jika tak mampu menulis sebuah novel lengkap dalam waktu dekat. Kau buat naskah untuk episode mingguan di Chocolate Page. Kau mulai lagi dari awal," Zhoucheng menyarankan, "Dari situ kita juga bisa melihat respon pembaca, kita bisa mengantisipasi bagaimana perkembangan ke depannya nanti. Apakah novelmu akan menjadi hit, atau bahkan fenomenal."

Xiao Zhan memikirkan gagasan itu dan menimbang-nimbang.

"Kedengarannya masuk akal."
Zhuocheng tersenyum lebar.

𝐌𝐢𝐝𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang