RENJUN AS [DUDA]

40.1K 4.7K 2.1K
                                    

"kak, mau ya terima perjodohannya?" mohon mama dengan raut melasnya, aku memejamkan mata sejenak menahan rasa kesal yang bergejolak.

"kenapa sih kayaknya mama pengen banget jodohin kakak? kayaknya kakak masih cukup menarik untuk gak ada yang mau sama kakak."

mama mengerucutkan bibirnya, menarik tangannya yang bertengger di lenganku kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur.

"ya mama 'kan pengen gendong cucu, nenek kamu juga udah bilang mau gendong cicit selagi masih kuat katanya," ucap mama setelah beberapa menit mencari alasan yang tepat.

"jodohin sama adek aja tuh, dia 'kan ngebet nikah. setiap hari teriak-teriak di kamarnya minta dijodohin sama ceo ceo muda."

"adek 'kan masih sma, kalo dia udah kuliah juga mama sih gas aja lagian dia juga kayaknya ngebet nikah."

aku menghela napas, lalu sedikit memiringkan tubuhku menghadap mama.

"ma, ga selamanya perjodohan itu berjalan mulus. mungkin banyak beberapa di luar sana yang keliatan baik-baik aja—"

"—tapi kita gak tau gimana ke depannya, bisa aja 'kan mereka bersikap seolah rumah tangganya baik-baik aja padahal sebenernya enggak."

mama menggenggam tanganku, menatap netraku dengan wajah serius yang jarang ia tunjukkan.

"kamu kenal kok sama orang ini, dia baik, bertanggung jawab, sopan, mapan, imannya kuat, dan denger-denger sih orangnya setia banget."

aku mengangguk malas, membiarkan mama mengoceh panjang lebar menjabarkan bagaimana sempurnanya laki-laki yang akan dijodohkan denganku.

"oh iya kalo kamu nikah sama dia, kamu bisa dapet bonus lho," ucap mama dengan seringai jahilnya, wajah serius tadi sudah hilang entah kemana.

"apa?" tanyaku berpura-pura penasaran.

"bonusnya... selain dapet suami kamu juga dapet anak laki-laki yang gemoy." mama merentangkan kedua tangannya, seolah itu adalah kabar paling bahagia.

aku tercengang.

"MAMA GILA YA MASA AKU DIJODOHIN SAMA DUDA?!?!?!"

———

"kak, keluar donggg. calon kamu udah nunggu nih!" aku mendengus sebal ketika mendengar seruan mama.

meneliti tubuhku yang dibalut gaun berwarna hitam yang terlihat simple, aku memutar bola mata kesal. kalau bukan karena mama juga aku gak mau pakai baju begini!

"KAKKK!"

"SEBENTAR MAMAKU SAYANGKU CINTAKU PUJAAN HATIKU!" sahutku penuh kekesalan.

aku menarik napas panjang sebelum akhirnya keluar dari kamar dengan langkah pelan, bukannya mau sok anggun.

aku hanya ingin memperlambat waktu namun sepertinya hal itu malah membuat mama kembali berseru nyaring.

"gak usah sok anggun jalannya! cepetan sini, seneng banget bikin orang nunggu!"

aku merutuk dalam hati, kenapa sih mama kayaknya ngebet banget aku nikah sama itu duda. sebel.

aku kemudian mendudukkan tubuhku di samping rara—adikku—yang terlihat sangat berbinar.

"jangan nunduk dong, diliat itu muka calon suaminya," titah mama. tanpa mau membantah lagi, aku segera mendongakkan kepala.

membuat netraku bersitatap dengan iris kecokelatan itu, aku membelalak.

"RENJUN?!" aku memekik tak percaya.

NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang