JAEMIN AS [USTADZ]

15.7K 2.7K 540
                                    

minggu pagi ini entah kesurupan setan darimana, mama tiba-tiba mengajakku ke ceramah mingguan di masjid yang memang selalu diadakan setiap hari minggu.

akhirnya, niat tak niat karena masih mengantuk, aku beranjak mencuci muka dan menggosok gigi sebelum mengambil salah satu gamis hitam yang sehari-hari aku pakai, ciput yang menutupi kepala hingga leher dan pashmina berwarna cokelat susu. 

"mama kenapa tiba-tiba semangat ikut ceramah mingguan gini deh? biasanya aku ajak pengajian sebulan sekali di masjid aja ngomel-ngomel," ocehku dengan mata setengah tertutup.

"ssuutt, udah kamu diem aja." aku mendelik saat mama menempelkan jari telunjuknya di bibirku dengan brutal.

"duh, mah, apaan sih." aku menyingkirkan tangan mama pelan, lalu mengusap bibirku dengan wajah sebal.

"eh, jeng rosa, tumbenan dateng, biasanya saya cuma liat anaknya aja lho," celetuk salah satu ibu-ibu yang aku taksir seumuran dengan mama. 

senyum sopan lantas aku sunggingkan saat wanita paruh baya itu menatapku.

"iya nih jeng. bosen di rumah aja, jadi ngikut si gadis deh," jawab mama dengan tawa garingnya. 

"ohh gitu, jeng. ya udah yuk masuk, udah mau dimulai nih ceramahnya." 

aku mengekori kedua wanita itu dari belakang. walau minggu-minggu biasanya aku rutin mendatangi masjid untuk menyimak ceramah mingguan, tapi hari ini aku sedang tidak mood dan memilih untuk malas-malasan di kasur, rencananya.

duduk di belakang barisan ibu-ibu, aku mendengus pelan saat mendengar bisikan-bisikan julid dari depanku. 

"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." 

"waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." aku ikut menjawab salam tersebut dengan suara pelan.

"puji beserta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat. tidak lupa solawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, beserta sahabat. semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti. aamiin aamiin ya Rabbal alamin." 

si penceramah tersebut pun mulai menerangkan materinya, membuat kantukku yang tadi sempat hilang kembali muncul.

aku menutup mulut dengan tangan kiri ketika menguap lebar. aku bahkan benar-benar hampir tertidur jika saja seorang anak perempuan tidak mendudukkan tubuhnya di atas pangkuanku secara tiba-tiba.

"hey, kamu salah orang, aku bukan ibu kamu," bisikku pelan, mencolek-colek lengan kecil anak perempuan itu beberapa kali. 

anak perempuan dengan gamis bermotif kotak-kotak dengan khimar kecil yang menutupi kepalanya itu, menoleh ke arahku dan secara tiba-tiba membalikkan tubuhnya untuk duduk menghadapku.

"huum. lana kan nggak punya ibu." anak perempuan itu menyengir lebar dengan wajah polosnya. sementara aku dibuat tertegun saat mendengar penuturannya.

astaga... anak sekecil ini, tidak mempunyai ibu? sial, kenapa mataku tiba-tiba berkaca-kaca. 

"ateu kok nangis.. lana salah ngomong ya?" ucap anak perempuan itu dengan raut wajah bersalahnya. 

tak kuat, aku akhirnya terisak kecil dan dengan cepat menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapanku. 

aku bahkan tak bisa membayangkan betapa sulitnya anak sekecil dia tumbuh tanpa ibu, walau aku tidak tau sebenarnya ke mana ibunya, mungkin cerai? atau bahkan mungkin sudah meninggal. aku tidak tau.

"ateu jangan nangis, hiks, maafin lana udah bikin ateu nangis." anak perempuan itu ikut terisak pelan, sementara tangan kecilnya memeluk tubuhku dengan sangat hangat.

NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang