aku menghembuskan napas panjang seraya meregangkan otot-otot punggungku yang terasa kaku. nyatanya menjadi sekretaris ceo tidak seindah di dunia novel.
setiap hari aku harus berkutat dengan kertas dan laptop, mengatur jadwal bos dingin dan kaku yang sialnya tampan dan muda.
dan yang paling memuakkan adalah menerima omelan demi omelan yang tak pernah berhenti keluar dari mulut pria tampan itu.
aku melirik jam tangan yang sudah menunjukkan jam makan siang, kemudian menyibak rambutku yang sudah tak serapih pagi tadi sebelum akhirnya beranjak menuju kantin.
persetan dengan interkom yang berbunyi, menandakan bos tampan itu memanggilku. karena sumpah demi apapun aku sudah sangat lapar.
aku masuk ke dalam lift yang berisi beberapa orang di dalamnya, tersenyum tipis sebagai bentuk formalitas lalu masuk ke bagian lift paling belakang.
"aduh ibu sekretaris keliatannya capek banget nih." seseorang berujar tepat di sebelah telingaku, membuatku bergidik ngeri.
aku menoleh, lantas memutar bola mata malas saat mendapati lucas—rekan kerja sekaligus sahabatku—berdiri di sebelahku dengan tampang konyolnya.
"berisik! bukan keliatannya doang, tapi capek beneran," ucapku ketus, sementara lucas hanya tertawa geli.
"makanya gue bilang juga apa, gak usah belaga mampu jadi sekretaris kalo jadi staff divisi keuangan aja ngeluhnya setiap hari."
aku tak menghiraukan ucapan lucas dan masih fokus mengurut pangkal hidungku.
"udah lantai cafetaria, mau sampe kapan di sini?" aku tersentak saat lucas merangkul bahuku, dan menyeretku agar menyamai langkah lebarnya.
"pelan-pelan dong asu, kaki gue gak sepanjang kaki lo," umpatku sebal.
lucas memelankan langkahnya, masih dengan tangan yang merangkul bahuku dan senyum konyol untuk menyapa setiap karyawan yang berpapasan dengan kami.
aku dan lucas berbelok masuk ke cafetaria, duduk di salah satu meja di mana sudah ada yuqi—sahabatku sekaligus kekasih lucas—di sana.
"gila! bisa-bisanya lo masih santai di saat lo jadi omongan satu perusahaan!"
bukannya disambut dengan pertanyaan 'mau makan apa? mau gue ambilin gak?', yuqi malah dengan heboh menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.
"gak sopan," cibirku seraya menurunkan jari telunjuknya yang menunjuk tepat di depan wajahku.
"emang gue jadi omongan apaan?" tanyaku penasaran.
"gila lo ya! kabar lo pulang bareng sama ceo kita kemaren malem udah kesebar satu perusahaan, oon!"
aku membelalak, refleks berdiri hingga lututku terbentur meja kantin.
"malu goblok, duduk gak lo?!" yuqi menarik tanganku agar kembali duduk di sebelahnya.
"kok bisa kesebar?" tanyaku dengan suara pelan. cukup merasa terintimidasi karena semua mata kini memandang ke arahku.
"katanya tadi pagi ada yang nempelin foto lo pulang bareng sama pak jeno di mading kantor. tapi fotonya udah diamanin sama pak jeno-nya sendiri," ucap yuqi dengan suara tak kalah pelan.
"walaupun agak telat," lanjut yuqi mencicit.
sementara lucas hanya menatapku dan yuqi dengan tatapan santai masih sambil melahap makan siang yang telah diambil oleh yuqi.
belum sempat aku membuka mulut untuk membalas ucapan yuqi, seseorang lebih dulu mengguyurku dengan minuman dingin. membuatku berjengit kaget.
aku menoleh, menatap dua perempuan yang berdiri di belakangku dengan tatapan tajam siap memaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS | NCT OT23
Nouvelles𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐍𝐂𝐓. ⚠️banyak kata kasar⚠️ A wattpad story by ©aimmortelle_