"jaem, boleh ya plis," mohonku pada jaemin, pacarku.
sudah lima bulan semenjak aku dan jaemin berpacaran, dan lelaki itu masih sama seperti awal aku berkenalan dengannya. dingin.
padahal aku kira dia akan berubah menjadi hangat dan sangat perhatian—seperti di novel-novel yang pernah ku baca—setelah berpacaran.
ternyata tidak, pacarku itu masih sama dengan sikap dingin dan acuhnya padaku.
"mau ngapain sih ke bar? ngelonte?" aku terdiam ketika mendengar kata-kata jaemin yang terbilang sangat kasar.
walaupun terbilang acuh, namun jaemin tidak pernah berbicara sekasar ini padaku. aku menghela napas lalu lebih memilih untuk diam, yang tentu saja tidak di pedulikan oleh jaemin.
bukan, ia bukan tipe lelaki yang akan bermanja-manja atau melakukan hal romantis jika aku sedang marah.
ia lebih cenderung diam, dan berakhir aku yang lagi-lagi harus mengalah.
———
aku berjalan memasuki kampus dengan langkah gontai, sudah tiga hari aku dan jaemin bertengkar.
dan tidak ada satupun dari kami yang mau mengalah, jaemin dan aku bertahan dengan ego masing-masing, dan aku juga tidak tahu apa kelanjutan hubungan kami nantinya.
aku berhenti melangkah ketika melihat postur lelaki yang sudah sangat aku hapal sedang berduaan dengan ryujin, primadona kampus.
ya, lelaki itu adalah jaemin. ia terlihat sangat bahagia ketika sedang bersama ryujin, tawa lebar yang tak pernah ia tunjukkan padaku itu dengan santai ia tunjukkan pada gadis lain, aku tersenyum kecut. sepertinya jaemin dari awal memang tidak serius denganku.
dan bukankah aku harus mundur?
"WOYY!" aku terlonjak ketika seseorang menepuk bahu ku dengan kencang, lalu merangkulku dengan erat.
dan suara kencangnya berhasil membuat semua orang yang berada disana menoleh pada kami.
termasuk kedua insan yang tadi sibuk bercanda tawa di depan ruang dekan, oh ternyata mereka masih sadar kalau disini ada orang lain.
"apa sih chan." aku memukul lengannya yang masih setia melingkar di leherku, lelaki bernama haechan itu tak melepas rangkulannya, dan malah mengacak-acak rambutku yang membuatku memekik kesal.
"haechan bajingan!" haechan tergelak lalu menyeretku ke arah kantin, yang berarti harus melewati jaemin dan ryujin yang masih berdiri di depan ruang dekan.
———
aku mendongak ketika merasa seseorang duduk di sebelahku, saat ini aku sedang duduk di pinggir lapangan, sendirian. karena haechan tidak kuliah dengan alasan kesiangan.
alasan klasik!
"maaf," ucap jaemin seraya menaruh sebatang cokelat di atas tote bag yang berada di sampingku.
"memang salahku," ucapku lalu kembali fokus dengan buku sketsa di pangkuanku, jaemin terlihat mengangkat satu alisnya lalu menggeser bokongnya agar duduk lebih dekat denganku.
"gambar apa?" tanyanya seraya mendekatkan kepalanya pada buku sketsa milikku, dengan cepat aku menutup buku itu agar jaemin tak melihat gambaranku.
"hm?"
aku menggigit bibir bagian bawahku, merasa canggung. lalu menggeser sedikit bokongku membuat jaemin mengernyit bingung melihat tingkah anehku.
"jaeminnn!" aku dan jaemin serentak menoleh dan mendapati perempuan yang tadi memanggil jaemin dengan suara manjanya.
aku menghela napas, lagi-lagi ryujin.
aku membereskan buku sketsa serta tote bag milikku, lalu mengambil sebatang cokelat yang tadi di berikan jaemin.
aku memberi cokelat itu pada ryujin, dan gadis itu menerimanya dengan tatapan bingung.
"langgeng ya sama jaemin, jae kita udahan aja ya?" ucapku lalu langsung berjalan cepat, meninggalkan jaemin yang berteriak memanggil namaku.
aku rasa kami memang tidak bisa bersama.
——–
aku berjalan menuju balkon kamarku, sore ini sedang hujan deras. seakan-akan langit mewakili perasaanku saat ini.
aku melotot ketika melihat jaemin berdiri di depan rumahku, tanpa payung. hingga membuat tubuhnya basah kuyup.
dengan segera aku berlari menuruni tangga, lalu mengambil payung yang berada disamping pintu masuk, membuka payung itu seraya berlari mendekati jaemin, dan memayungi lelaki itu.
"kamu ngapain disini?" aku berteriak karena hujan yang sangat deras membuat suaraku teredam.
jaemin tetap diam, membuatku mau tak mau menariknya masuk ke dalam rumah.
"kamu ngapain sih?" omelku seraya mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk, jaemin sudah berganti pakaian menggunakan baju adikku yang ternyata sangat pas ditubuhnya.
"aku gak mau." aku mengenyit bingung ketika mendengar ucapannya yang sangat melenceng dari pertanyaanku.
"gak mau apa sih. aku lagi nanya, jaem." jaemin menahan kedua tanganku yang masih sibuk mengusap rambutnya dengan lembut.
mata yang biasanya selalu menatapku dengan dingin kini menyendu, "aku gak mau udahan." aku menghela napas lalu menarik kedua tanganku dari genggamannya.
"kenapa? aku rasa kita memang gak—"
"karena aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku cuma mau kamu, aku gak mau siapapun selain kamu. maaf kalo selama ini aku keliatan cuek sama kamu." jaemin terlihat menarik napas sebelum kembali membuka suaranya.
"aku terlalu malu untuk nunjukin gimana senengnya aku waktu kamu jadi milik aku." aku tertegun.
"aku gak suka liat kamu terlalu deket sama haechan."
"ryujin bukan siapa-siapa, dia sepupuku," lanjutnya yang sukses membuatku melotot.
"ryujin abis putus sama hyunjin, dan mamanya nyuruh aku untuk ngehibur dia, maaf."
"kenapa gak pernah bilang sih?!" aku berjongkok seraya menutup wajah menggunakan kedua tanganku.
bisa ku dengar jaemin terkekeh lalu menarik tanganku membuat aku yang tidak siap langsung jatuh di pangkuannya.
dia memelukku erat seraya menghirup aroma tubuhku, "kamu wangi aku suka, dan aku mau kamu selalu ada di pelukan aku mulai saat ini,
sampe waktu memisahkan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS | NCT OT23
Short Story𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐍𝐂𝐓. ⚠️banyak kata kasar⚠️ A wattpad story by ©aimmortelle_