JAEMIN AS [CRUSH]

43.7K 4.9K 1.8K
                                    

"TAREK SES!" aku menyodorkan gagang sapu yang ada di tanganku ke arah teman-teman sekelasku, menyuruh mereka menyahuti.

saat ini sekolah kami sedang melakukan class meeting, dan tidak ada satupun dari kelasku yang mengikuti kegiatan tersebut.

bahkan anak laki-laki yang biasanya bersemangat untuk bertanding futsal di lapangan sekolah, malah memilih untuk mengikuti konser dadakan bersama kami para perempuan.

"SEMONGKO!"

belum selesai aku membuka mulut untuk menyanyikan lirik dari lagu cinta terbaik, pintu kelasku tiba-tiba terbuka menunjukkan kak jaemin dan kak jeno dengan wajah kagetnya.

aku yang tengah berdiri di atas meja dengan sapu di tangan kananku, segera turun dan bersembunyi di balik tubuh chenle.

"kenapa gak ada yang ikut lomba?!" tanya kak jeno dengan wajah galaknya, membuat kami terdiam.

"k-kemaren ketua kelas lupa daftarin kelas kita, kak," ucap jeongin takut-takut, membuat beomgyu yang notabene ketua kelas mendelik kesal.

lupa daftar apanya, jelas-jelas kemarin ketika ditanya kami semua serempak menjawab tidak ingin mengikuti lomba apapun.

"alasan! keluar semuanya, baris di lapangan!" ucap kak jeno dengan tegas, sementara kak jaemin yang berdiri di sebelahnya hanya menatap ke arahku dengan sudut bibir berkedut menahan tawa.

aku menunduk malu. sialan, bagaimana bisa di kondisi seperti ini image kalemku di depan kak jaemin hancur begitu saja.

"tunggu apalagi?! cepet keluar! gordennya jangan lupa dibuka, ngapain coba gelep-gelepan kayak gini, hah?!" bentak kak jeno kesal.

aku dan anak perempuan lainnya buru-buru membuka gorden kelas yang memang sengaja kami tutup agar dapat menghayati konser dadakan ini dengan baik.

setelah semua gorden terbuka, kami semua langsung berjalan menuju lapangan sekolah dengan langkah santai.

walaupun terkenal nakal, kelas kami juga dikenal sebagai kelas paling solid di kalangan semua murid dan juga guru-guru.

"GAK PAKE NYANTAI, LARI!"

kak jeno yang ternyata mengikuti kami dari belakang, langsung berteriak kesal karena kami hanya berjalan santai seolah meremehkan hukuman darinya.

bukannya lari, kami malah tertawa. tidak apa-apa terlihat seperti anak nakal dan bodoh karena jika sudah lulus kelas kami yang pasti akan dibahas oleh para guru-guru jika mengajar.

"TIGA!"

mendengar kak jeno yang mulai berhitung mundur, baru kami berlari menuju lapangan yang dipakai oleh para murid untuk berlomba.

semua tatapan menuju pada kami. dan bukannya merasa malu, aku dan yang lainnya malah dadah-dadah dan kiss bye tidak jelas pada adik-adik kelas.

kak jeno naik ke atas mimbar yang biasa dipakai kepala sekolah untuk menyampaikan amanat upacara.

"tolong perhatiannya sebentar," ucap kak jeno menggunakan mic.

"baris yang rapih ya, jeno abis putus makanya sensi parah," ucap kak jaemin dengan senyum manisnya, yang membuatku bagai cacing kepanasan.

"gila, gua belom meninggal tapi udah liat senyumnya bidadara surga," ucapku melakonlis, somi mendecak geli seraya menoyor kepalaku.

"itu yang tadi naek ke atas meja, sini baris di depan," panggil kak jaemin, membuatku melotot kaget.

"somi, kalo besok gua gak masuk sekolah berarti gua masuk rumah sakit jiwa gara-gara senyumnya kak jaemin."

aku menepuk bahu somi sekilas, lalu berjalan menuju barisan depan dengan senyum lebar yang terlihat bodoh.

"mereka-mereka ini adalah salah satu contoh murid yang malas melakukan kegiatan sekolah, lihat? bukannya berpartisipasi dalam lomba-lomba yang diadakan sekolah, mereka malah melakukan hal tidak jelas di kelas," ucap kak jeno panjang lebar. dengan tatapan yang mengarah pada kami, seolah menunjukkan kalau kami bukanlah contoh yang baik untuk mereka.

"haiii!" bukannya malu, kami malah menyapa mereka dengan senyum lebar yang membuat kak jeno menatap kami semakin tajam.

"untuk adik-adik kelas, jangan dicontoh ya. apalagi perempuan yang baris paling depan bagian kiri."

aku yang merasa dibicarakan oleh kak jeno, sontak melambaikan tanganku ke arah semua murid yang berada di lapangan dengan senyum tanpa dosa.

kak jeno menghela napas kasar, lalu menyuruh murid lainnya kembali pada perlombaan yang sebentar lagi akan dimulai.

dan beralih menatap kami dengan wajah galaknya, "hormat tiang bendera sampe jam makan siang!"

"siap, laksanakan!" jawab kami serentak diselingi dengan kekehan kecil.

———

"anjrit gua capek sumpah," bisikku pada chenle yang berada di sebelahku, sudah hampir 3 jam kami dijemur di bawah terik matahari.

dan kak jeno ataupun kak jaemin sama sekali tak berniat membebaskan kami dari hukuman ini.

"le, gua mau pura-pura pingsan. nanti lo tangkep ya?" ucapku seraya mencolek lengan keras chenle.

"gamau, lo berat," ucap chenle seraya melirikku sekilas, membuatku merengut sebal.

"bodoamat, gua mau pura-pura pingsan," ucapku pelan.

lalu aku mulai berakting seolah-olah ingin pingsan, hingga dengan sengaja menjatuhkan tubuhku ke tubuh chenle.

"ck, ngerepotin lu bangsat," umpat chenle kesal.

ia berlutut, lalu berniat menggendongku ala bridal style sebelum seseorang mendorong tubuh chenle membuat tubuhku membentur lantai lapangan.

hingga suara pekikan para siswi yang ada di lapangan membuatku mengernyit kecil.

kenapa harus seheboh itu melihatku digendong oleh chenle? setahuku chenle bukanlah selera para siswi sekolah ya walaupun visual dan isi dompetnya tak bisa diremehkan.

aku merasa tubuhku ditidurkan di ranjang yang aku pastikan adalah ranjang ruang uks.

aku menghela napas lega, lalu membuka mataku berniat berterima kasih pada chenle.

namun bukan chenle yang aku dapatkan, melainkan kak jaemin dengan senyum teduhnya.

"nakal ya pake pura-pura pingsan, kakak khawatir beneran tau", ucap kak jaemin seraya menjawil hidung pesekku.

aku membeku, kak jaemin mendengus geli. "jangan gitu mukanya, kakak takut khilaf."

"kak!" pekikku yang membuat kak jaemin tergelak puas.

ia berjalan menjauhi ranjangku, membuatku menghela napas panjang, karena berdekatan dengan kak jaemin membuat darahku berdesir hebat.

"duduk dulu, minum."

aku refleks kembali duduk ketika melihat kak jaemin kembali mendekatiku dengan segelas air putih di tangannya.

ia membantuku meneguk air putih tersebut, lalu mengusap bibir atasku.

aku menelan saliva susah payah, tatapan dalam kak jaemin dan senyum manisnya seolah membuatku tak bisa berpaling menatap objek lain walau hanya sedetik.

"kenapa sih, semua tingkah kamu berhasil buat kakak makin cinta?"




NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang