HENDERY AS [TUTOR]

40.6K 5.1K 444
                                    

"ma, gamauuuu." aku merengek pada mamaku yang tetap bersikukuh memanggil tutor bahasa mandarin untukku.

kemarin di sekolah ada kuis mandarin dadakan, dan aku yang memang tidak mengerti bahasa mandarin. hanya bisa menatap huruf-huruf absurd itu dengan wajah frustasi.

tiga hari setelah kuis dilaksanakan, guru bahasa mandarinku menyebar hasil kuis itu di grup orang tua, yang tentu saja membuat mamaku mengamuk.

aku lahir di china namun besar di indonesia, hampir semua keluargaku keturunan china dan fasih menggunakan bahasa absurd itu.

kecuali aku, tentu saja.

menurutku bahasa mandarin itu susah untuk di pelajari, dan bukan suatu hal wajib untuk di pelajari.

dan tentu saja, prinsipku dan prinsip keluarga besar kami berbeda. mereka menjunjung tinggi bahasa mandarin dan sering berkomunikasi menggunakan bahasa itu.

"keluarga kita itu bisa mandarin semua, masa kamu doang yang gak bisa. malu lah." aku memajukan bibir bawahku kesal, aku lupa, aku tidak akan menang debat jika yang menjadi lawannya adalah mamaku.

"terserah," ucapku lalu berjalan menaiki tangga, menuju kamarku mengabaikan mama yang berteriak tak terima karena kami belum selesai berbicara.

———

"adekkk, turunnnn!" aku mendecak malas ketika mendengar teriakan mamaku, lantas berjalan menuruni tangga dengan langkah malas.

hari ini hari sabtu dan mama selalu berhasil mengacaukan rencana yang sudah kubuat di akhir pekan dengan teriakan-teriakannya itu.

namun, akan lebih parah jika aku tidak menurut atau bahkan menyahutinya, wanita yang berjasa melahirkan dan merawatku dari kecil itu akan mengomel dengan bahasa mandarin.

dan itu akan membuatku jauh lebih pusing. 

"kenapa sih ma?" sahutku malas, aku mengernyit ketika mendapati seorang pria yang aku kira berumur dua tahun lebih tua di atasku duduk di sebelah mama dengan cengiran bodohnya.

"ini tutor mandarin kamu, awas aja kalo kamu males-malesan. hp dan uang jajan kamu ada di tangan mama." aku mendecak malas, lalu berjalan mendekati pria itu.

"ayo," ajakku niat tak niat, dia mengernyit bingung, "katanya mau ngajarin gua bahasa mandarin."

"gak disini aja?" aku mendecak lalu menarik tangannya menaiki tangga dan menuju salah satu ruangan besar yang ada di lantai dua.

itu perpustakaan yang dibuat papa, ruangan itu sengaja dibuat untuk aku atau kakakku dapat belajar lebih tenang, dan juga karena hampir semua anggota keluargaku gemar membaca.

"woah." aku memutar bola mata malas, lalu memberikan buku bahasa mandarinku ke hadapannya.

"apa yang gak kamu ngerti?" aku menggaruk tengkuk, merasa malu.

"semuanya."

———

sudah hampir tiga bulan aku belajar bahasa mandarin dengan kak hendery, nama tutor bahasa mandarin itu.

dan aku sudah banyak mengerti dengan bahasa yang dulu ku sebut absurd itu. bahkan aku sudah lumayan fasih dalam pengucapan bahasa itu.

"kak, libur dulu dong sehari," tawarku yang tanpa ku sangka mendapat anggukan darinya, "serius?!"

ia tertawa pelan lalu mengacak rambut gemas, "jadi, kakak pulang aja ya?" aku merengut, "kalo gitu belajar aja deh."

ia tergelak seraya memegang perutnya, entah bagian mananya yang lucu tapi pria itu masih tertawa dengan tangan yang setia memegangi perutnya.

"kok ketawa sih kak?" kak hendery berhenti tertawa lalu menatapku, "kamu lucu."

aku membelalak, lalu mengalihkan wajahku yang terasa panas membuat pria itu kembali tertawa.

"keluarga kamu hampir semua orang china kan, dek?" tanyanya tiba-tiba yang tentu saja aku balas anggukan.


"kalo gitu aku bisa dong jadi suami kamu?"



NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang