"ateu! ateu di mana?" aku tertawa geli mendengar suara cempreng jeno, anak laki-laki kakakku yang masih berumur 4 tahun.
"ateu di dapur, sayang. nono mau apa?" balasku dengan suara kencang agar anak itu dapat mendengar suaraku.
tidak ada balasan dari jeno. hanya ada suara langkah kaki yang terdengar terbirit-birit.
"nono jangan lari, nanti kalo jatoh ateu yang dimarahin mama," tegurku saat melihat tubuh kecil jeno berlari memasuki dapur.
"ateu, nono mau liat ateu masak aja. nuna nakal sama nono," rengek jeno dengan tangan yang menarik ujung kaus yang aku pakai berkali-kali.
"ya udah kalo nono mau liat ateu masak duduk di meja makan aja dong, jangan gangguin ateu."
aku mencuci kedua tanganku, lalu meraih tubuh kecil jeno untuk duduk di atas kursi meja makan.
"gamau duduk kursi, mau duduk situ ajaa." jeno memberontak turun, lalu menunjuk meja pantry yang penuh dengan bahan kue.
"nanti nono kotor loh kalo duduk di situ, emang mau mandi lagi?"
"nda papa! nanti mandi sama ateu, nono mau duduk situ pokoknya!" pekik jeno kesal karena kemauannya tidak dituruti.
aku menghela napas panjang, "ya udah sini, jangan gangguin ateu tapi ya?"
tanpa ragu, jeno mengangguk senang. tangan pendeknya ia rentangkan ke arahku, memintaku untuk membantunya duduk di atas meja pantry.
"hadeuh, dasar bocah bangor," gumamku sebal, lalu mengangkat tubuh jeno dan mendudukkan di atas meja pantry.
bocah kecil itu kemudian berseru senang saat melihat banyaknya cokelat di dalam plastik belanjaan yang berniat aku gunakan untuk menghias kue ulang tahun jeno.
"ateu, mau cokelat!" rengek jeno karena merasa tidak ada respon dariku.
"nggak, itu buat bikin kue. katanya nono nggak akan gangguin ateu, buktiin dong."
jeno mengernyit bingung. "emang kalo minta cokelat itu ganggu ya, teu? bukannya ganggu itu bikin ateu kesel?"
aku menarik napas panjang, berusaha sabar.
"iya deh terserah nono deh, ateu males debat sama anak kecil." tanpa menghiraukan seruan jeno yang tidak terima karena aku panggil anak kecil, aku kembali fokus membuat kue untuk bocah kecil itu.
sejak smp aku memang sudah sangat familier dengan dapur karena saat sd aku senang membantu atau lebih tepatnya merecoki mama di dapur.
hingga karena mama kesal aku selalu mengganggu hobi memasaknya. mama langsung memasukkanku ke les memasak yang diadakan oleh temannya yang notabene adalah chef terkenal.
"ateu, nono pegel." jeno mulai bergerak tak nyaman karena tidak bisa menyender, lagi-lagi aku menghela napas panjang.
"ya udah ateu anter ke kamar, bobo siang ya?" tawarku halus. jeno menggeleng menolak.
"mau gendong ateu aja," rengek jeno dengan mata sayunya.
"ateu 'kan lagi bikin kue, bentar lagi selesai kok. nanti kalo udah selesai ateu nyusul jeno di kamar, gimana?"
jeno menggeleng, "mau gendong, piggy back," rengeknya dengan kedua kaki yang bergerak kesal.
"ya udah iya, bentar ateu ambil gendongan dulu." aku melangkah meninggalkan jeno, mengambil gendongan kain dari kamar kakakku.
"ateu nggak jamin gendongan ini bakal kuat nahan kamu, jadi pegangan ke leher ateu terus ya? tapi jangan dicekek."
jeno mengangguk antusias, bocah kecil itu kemudian dengan riang memeluk leherku, sementara kedua kakinya melingkar di perutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS | NCT OT23
Historia Corta𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐍𝐂𝐓. ⚠️banyak kata kasar⚠️ A wattpad story by ©aimmortelle_