JAEHYUN AS [DADDY]

198K 8.8K 1.4K
                                    

tubuhku terasa ingin remuk saat ini, menjadi guru taman kanak-kanak ternyata bukanlah suatu hal yang mudah.

namun, walau begitu aku tetap menikmati pekerjaanku. karena, berinteraksi dengan anak kecil membuatku bahagia.

beberapa anak yang sulit diatur adalah sebuah cobaan untuk guru taman kanak-kanak sepertiku.

memarahi atau membentak bukanlah hal yang baik untuk anak kecil, karena itu akan mengganggu psikisnya dan akan membuatnya trauma.

"HUAAAA." belum genap sepuluh detik aku duduk di ruangan yang berisi para guru, aku sudah mendengar suara tangisan salah satu muridku yang sepertinya terjatuh ketika sedang bermain.

dengan cepat aku berlari ke arahnya dan membawa nya ke dalam gendonganku, "sstt, gak papa jake. mana yang sakit, hm?"

balita berumur lima tahun itu menunjuk lututnya yang memerah, aku meringis pelan melihatnya. kaki jenjangku kemudian berjalan menuju ruang guru untuk mengambil kotak p3k yang berada di sana. lalu membawa jake untuk duduk dipangkuanku sebelum mulai membersihkan lututnya yang lecet dengan alkohol.

balita itu merengek ketika rasa perih menjalar di lututnya, "tahan sebentar, okay? miss akan membersihkan luka jake."

balita itu mengangguk pelan lalu memeluk leherku yang berada di sejajar dengan kepalanya, karena aku sedang menunduk.

"selesai," seruku saat plester bergambar beruang sudah menempel di lututnya. "makasih, miss!" aku mengusap rambut halusnya dengan lembut lalu mengecup pipinya sekilas.

"ayo kembali ke kelas, jam pelajaran sudah mau dimulai," ucapku seraya menggandeng tangan mungil jake menuju kelasnya.

setelah jake duduk di bangkunya, aku kembali ke depan kelas dan mengulas tersenyum lebar. "hari ini kita bakal belajar menggambar, jadi kalian mau menggambar apa, kids?"

"mobill," sahut para anak lelaki, "bunga aja, miss."

"bagusan mobil tau?!"

"bunga!"

aku lantas kembali memijat pelipisku yang terasa berdenyut.

———

aku menyampirkan mini sling bag di bahu kananku sebelum berjalan keluar dari ruang guru yang sudah sangat sepi karena jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.

aku berjalan santai menuju gerbang keluar dan membelalak ketika melihat salah satu muridku belum dijemput oleh ayahnya.

"jake." balita berumur lima tahun itu menoleh ketika aku memanggilnya, lantas memekik senang dan langsung memeluk kakiku.

aku berlutut di depannya lalu mengusap dahinya yang berkeringat, sementara jake langsung memeluk leherku dan mendusel di sana.

aku menahan bokongnya agar tidak terjatuh lalu berjalan ke tempat anak-anak biasa menunggu jemputan.

"kenapa oma belum jemput, jake?" tanyaku pada balita yang saat ini menyembunyikan wajahnya di dadaku.

"hari ini yang jemput ayah!" sahut jake dengan riang, balita itu bahkan melupakan fakta bahwa ia menunggu hampir empat jam di depan gerbang.

"tumben ayah jemput?" ucapku, karena ayah dari balita ini memang sangat jarang menjemput jake, biasa orang kaya.

"iya! ayah udah janji tadi pagi." aku mengusap pipi jake gemas ketika balita itu mengangkat kedua tangannya ke udara.

sebenarnya aku bisa saja langsung mengantarnya pulang, karena aku tau alamat rumahnya. tapi kalau aku mengantarnya. aku takut ayahnya akan kemari dan bingung saat tak mendapati jake di sini.

"jake ngantuk ya?" tanyaku, mengusap rambut halusnya. balita itu menenggelamkan wajahnya di dadaku dan mulai tertidur, sepertinya ia kelelahan menunggu ayahnya.

aku masih setia mengusap kepalanya hingga sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat didepanku.

seorang pria tinggi keluar dari mobil itu, membuatku langsung bangkit dan sedikit menunduk. dia...

jaehyun, ayah Jake.

pria berumur tiga puluh tahun itu berdiri di hadapanku, tepat di depan tubuhku.

"maaf merepotkanmu," sesal jaehyun seraya mengambil alih putranya dari dekapanku, membuat jake sedikit menggeliat tak nyaman.

"kalau begitu saya duluan," aku menundukkan kepala sopan, kemudian berniat melangkah sebelum sebuah tangan kekar menarik pergelangan tanganku.

"terima kasih sudah menjaga jake." aku tersenyum tipis lalu menarik pergelangan tanganku yang masih berada digenggamannya.

"sudah tugas kami, saya permisi." lagi-lagi pergelangan tanganku ditahan oleh ayah jake. aku menghela napas pelan. kemudin mendongak, menatap matanya.

pria itu terlihat gugup.

entah mengapa.

"saya antar," ucap Jaehyun lalu menarik pergelangan tanganku ke mobilnya, aku hanya pasrah menurutinya dan masuk ke dalam mobil pria itu.

———

aku berjalan memasuki taman kanak-kanak tempatku mengajar, seraya tersenyum ramah pada beberapa orang tua murid yang menyapaku.

langkahku terhenti ketika merasa seseorang memeluk kakiku, aku lantas menunduk dan mendapati jake yang memeluk kakiku dengan senyum cerianya.

"pagi jake," sapaku seraya membawa balita itu ke dalam gendonganku, jake tersenyum dan mengecup pipiku sekilas.

"pagi juga, miss" aku tersenyum lalu mengusap kepalanya dengan sayang, sebelum jaehyun yang tiba-tiba berdiri di hadapanku mengalihkan atensiku.

"selamat pagi," sapanya yang kubalas dengan senyum ramah, "selamat pagi juga ayah jake."

jaehyun tersenyum tipis lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku, membisikkan kalimat yang sukses membuatku membeku.

Pria itu lalu tersenyum sebelum berjalan meninggalkanku yang masih diam mematung seraya mencerna ucapannya.

"siang nanti ku jemput, hari pertama pendekatan."


NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang