"bapak gak bisa kayak gini dong. tugas bapak mengayomi dan membela bukan malah menyakiti kami para mahasiswa dan adik-adik yang memperjuangkan keadilan untuk rakyat-rakyat kecil," teriakku di depan wajah salah satu polisi yang aku dapati menyeret salah satu mahasiswa dari kampusku.
aku dan para mahasiswa dari berbagai kampus sedang melakukan aksi di depan gedung dpr, berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi rakyat-rakyat kecil.
sementara para anggota dewan malah bersenang-senang di dalam sana, mengkambing hitamkan polisi dan seolah menulikan telinganya dari penolakan rakyat tentang undang-undang cipta kerja yang kemarin mereka umumkan di depan publik.
"dengerin woy!"
"cewe ini cewe!"
"malu sama titit!"
"yhaaa, mau mauan aja lagi di babuin sama depeer."
aku melotot ketika melihat para polisi yang berada di belakang sana sudah siap untuk melemparkan gas air mata ke arah kami.
"MUNDUR WOYYY!" teriakku, para mahasiswa dan juga adik-adik stm yang berada di sekitarku langsung berlari mundur.
begitu juga aku, namun sebelum itu aku melihat salah satu mahasiswa mengambil gas air mata yang tadi dilempar oleh para polisi. dan melemparnya balik membuat beribu pasang mata yang melihat itu mendecak kagum.
setelah melempar balik gas air mata itu, netra kami sempat bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya ia menarikku untuk berlari bersamanya.
"udah... aku capek." aku memegang lututku, berusaha mengatur napasku yang tidak beraturan.
"gak papa?" tanyanya, yang aku balas dengan anggukan pelan.
dan setelah aku mendongak, aku tidak lagi menemukan lelaki itu. sepertinya ia kembali ke jalanan untuk membantu yang lainnya.
———
setelah makan siang dan sholat dzuhur—bagi yang beragama islam—kami kembali ke depan gedung dpr.
duduk lesehan di atas tanah seraya mengobrol dengan teman baru dari kampus lain, kondisi mulai kembali kondusif karena para anggota tni yang berdatangan membuat polisi-polisi itu tidak lagi berani menyakiti kami.
"eh, tentara itu ngeliatin kamu terus tuh." keira, mahasiswa dari kampus ui yang baru berkenalan denganku menunjuk salah satu tentara yang katanya sedari tadi menatapku.
aku tersenyum kecil, lalu mendekatkan mulutku pada telinga keira.
"dia tunanganku, emang anggota tni. padahal tadi pagi dia bilang gak akan turun makanya aku berani ikut demo."
kedua mata keira membulat, ia menutup mulutnya tak percaya. "serius? ganteng banget tunanganmu, tapi cocok sih sama kamu."
aku tersenyum sombong, "sama sama cakep yah?" keira mendelik lalu menggeleng pelan membuatku memajukan bibir bawah kesal.
"terus? cocok kenapa?"
"cocok, soalnya kalian sama-sama berani. tunanganmu berani belain kita di depan polisi-polisi itu dan kamu berani teriak di depan muka polisi."
keira kemudian terkekeh setelahnya, "tau gak sih? vidio kamu yang teriak di depan muka polisi itu viral banget tau di tiktok."
aku melotot kaget, "kok bisaaa? ih nanti aku dimarahin tunanganku," ucapku gelisah.
jaehyun, tentara yang tadi ditunjuk keira itu adalah tunanganku.
jaehyun itu orangnya posesif, mau post foto di instagram aja gak boleh. katanya 'nanti jadi banyak yang suka sama tunanganku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT AS | NCT OT23
Short Story𝐌𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐍𝐂𝐓. ⚠️banyak kata kasar⚠️ A wattpad story by ©aimmortelle_