Pagi ini Gian dan Azkia sedang makan di ruang tengah sambil menonton Moana. Keadaan rumah keluarga sedang sepi, karena mereka menginap selama libur natal di rumah kerabat.
Gian memilih untuk tidak ikut, sementara Azkia beralasan ia takut pusing selama perjalanan. Padahal keduanya hanya malas berinteraksi dengan orang lain.
Lagipula keduanya dapat menjaga rumah dengan baik, itu juga kata Jenika sebelum ia pergi menyalakan mobil.
"Ya iyalah, orang si Gian udah punya rumah sendiri!" ujar Abah sambil menggeplak kepala Janika saat anak sulungnya mengatakan kalimat tersebut.
Azkia baru saja selesai makan saat Moana sudah bertemu lagi dengan keluarganya. Ia beranjak dari sofa untuk menaruh piring di dapur, meninggalkan ayahnya yang masih fokus menonton film. Azkia memilih untuk kembali ke kamar dan tidur siang setelah makan. Jika Gian tahu kalau ia langsung tidur, Gian akan langsung memarahinya.
Setelah berbaring di kasur, kepala Azkia runyam dengan segala kegiatan. Sebagian dari otaknya menyuruh untuk tidur dan bagian lainnya menyuruh untuk menelepon teman-temannya. Beberapa bagian malah meminta Azkia untuk pergi berkebun dan memetik sayur. Azkia hanya menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menghilangkan semua pikiran.
Pokoknya dia harus tidur sekarang.
Telinganya menangkap suara tawa Gian dari ruang tengah. Pastinya ia masih menonton film tersebut, atau mungkin menonton film lain yang tadi niatnya akan ditonton bersama. Azkia menghela nafas panjang dan berusaha untuk memejamkan matanya sekali lagi. Ia ingin kabur ke alam mimpi supaya waktu cepat berlalu, karena hari ini adalah hari terakhir Azkia dan ayahnya menginap.
Setelah beberapa hari keduanya menginjakkan kaki disini, Azkia sadar ada beberapa peraturan tidak tertulis dari keluarga ini yang benar-benar berbeda ketika berada di rumahnya. Tata krama sangat diperhatikan, begitu juga dengan mulut. Azkia sama sekali tidak pernah melihat ayahnya yang ceria itu terus menunduk ketika Jenika membicarakan keluarga kecilnya, sehingga membuat Abah harus turun tangan dan membuat Jenika berhenti membicarakan topik sensitif itu.
Dan bagaimanapun juga, Azkia sangat dan akan tetap membenci Alya sejak kejadian yang membuatnya geram. Ia kerap mengingat kejadian tersebut sehingga ekspresinya selama di rumah ini begitu muram dan menyeramkan.
'Persis seperti Gian saat ia dimarahi oleh Abah,' ujar Ami ketika melihat cucunya yang marah saat makan malam. Beruntung Ami dan Abah paham betul dengan perasaan Azkia setelah Gian bercerita hal yang sejujurnya, dan berusaha untuk menjauhkan Azkia dan Gian dari Alya.
Lalu ada suami dari Jenika memiliki vibe yang lumayan aneh menurut Azkia. Ia tidak pernah melihat seorang preman kembali sebagai orang biasa, tidak peduli seberapa banyak maaf yang dilontarkan supaya dimaafkan.
Karena memiliki pengalaman tidak asyik dengan preman, Azkia memilih untuk tetap diam saat ditanya olehnya. Tidak jarang Azkia kabur sebelum pria tersebut menghampirinya.
Beda dengan Gian. Sudah beberapa kali Gian memberitahu Azkia kalau om-nya yang satu itu hanya ingin memberikan coklat Kinder Bueno padanya, tetapi Azkia malah kabur duluan karena takut. Membuat dirinya minder sebagai orang tua karena gagal mendekati anak-anak. Gian hanya memaklumi anaknya di depan suami Jenika, meskipun agak merasa bersalah.
Azkia mulai merasa ngantuk saat Gian baru saja selesai menonton film dan terlelap begitu saja ke alam mimpi.
☆
Ketika Gian sadar ia tidak mendengar suara apa-apa dari kamarnya, Gian menganggap kalau anaknya sudah pergi tidur. Mengetahui sifat Azkia yang selalu tertidur pulas meskipun sekelilingnya lumayan berisik, Gian mematikan televisi dan pergi menuju halaman belakang. Setelah duduk manis di bangku, ia menyalakan ponselnya untuk menelepon adik kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
loose steps | cheolhan
RomanceGian menyukai hidupnya sebagai single parent dari anak laki-lakinya. Pekerjaan yang stabil, akrab dengan keluarga dan rekan kerja, dan memiliki anak yang pintar sudah lebih dari apa yang ia inginkan. Namun apa yang akan terjadi jika Samudera yang ba...