31 • cenderung

290 43 9
                                    

Setelah minggu kemarin Samudera berpergian dengan Gian, ia tidak berhenti membayangkan wajah dari pria yang selama ini sudah menjadi dambaan hatinya. Seolah-olah ada malaikat yang menggantungkan foto Gian kemanapun Samudera melihat. Kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang dan juga samping kepalanya.

Sebagai sahabat yang baik dan pengertian, Joshua selalu mendengarkan apapun yang dilontarkan oleh Samudera. Mau itu curhat panjang lebar tentang kebiasaan Gian, bahkan sampai curhat overthinking karena Samudera takut Gian satu saat akan berpaling darinya. Semua itu Joshua dengarkan dengan baik-baik, lalu ia menjewer telinga Samudera keras-keras karena kepalanya terlalu banyak pikiran negatif.

Sejauh ini, Joshua masih mendukung apapun yang Samudera lakukan untuk mendapatkan perhatian Gian. Selama hal tersebut positif dan tidak membuat warga di komplek ini resah, Joshua membantu apa yang Samudera perlukan. Tetapi ada satu hal yang belakangan ini membuat Joshua bingung tidak karuan.

Sebenarnya Samudera ini jatuh cinta ke Gian yang mana sih?

Joshua sama sekali tidak pernah melihat bagaimana wujud yang menjadi pujaan hatinya Samudera. Hal ini disebabkan oleh Samudera yang sering lupa untuk menunjukkan foto Gian. Yang pernah Joshua lihat hanyalah bagian dari kepalanya ditambah rambut hitam saja, dan kadang-kadang ia hanya melihat kaki Gian dari wallpaper di ponsel Samudera.

Samudera pernah bilang padanya kalau Gian tinggal di komplek sini. Tetapi setelah Joshua tinggal di kawasan komplek ini selama lebih dari lima bulan, Joshua tidak pernah melihat manusia yang sesuai dengan deskripsi Samudera. Ia hanya melihat mahasiswa kedokteran yang sering jogging melewati kosan, anak SMA dengan wajah bulat yang sering bermain dengan Langit, dan juga anaknya pak RT yang berisik sekali.

Memang agak tidak memungkinkan kalau Samudera jatuh cinta pada anak SMA. Tetapi ia juga tidak mungkin bisa berpacaran dengan mahasiswi itu, apalagi pacaran dengan anak pak RT? Joshua benar-benar bingung dan agak kesal karena sampai saat ini masih belum bertemu dengan Gian. Rasanya seperti mendukung Samudera untuk tetap berkhayal dan terus berkhayal dengan seorang pria.

"Shua?"

Joshua menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Berdirilah seorang Gian dengan membawa dua mug berisi kopi panas. Wajahnya menyiratkan perasaan bingung sekaligus khawatir, mungkin karena Gian melihat Joshua akhir-akhir ini selalu melamun sambil mengerutkan dahinya. Atau mungkin heran kenapa Joshua selalu mengenakan gelang yang sama setiap hari. Atau mungkin karena Gian hobi saja.

Gian, atau yang punya nama Giano ini sudah lama menjadi teman kantor Joshua. Ia salah satunya manusia yang mengajak Joshua untuk berkenalan dan makan siang bersama. Awalnya Joshua mengira Gian ini adalah mahasiswa, tetapi setelah Gian mengaku kalau ia adalah sudah menjadi ayah, Joshua sempat tersedak kopi dan meminta maaf pada Gian karena sudah berburuk sangka.

Dan Joshua sama sekali belum sadar kalau Gian yang teman kerjanya adalah pujaan hati Samudera, begitu juga dengan Gian yang tidak sadar jika Joshua adalah teman dari pacarnya sendiri. 

Memang lumayan rumit.

"Kenapa bengong terus? Ini ada kopi buat kamu." Gian menaruh mug biru muda di atas meja.

"Enggak dimasukin yang aneh-aneh kan?" Tanya Joshua sambil menyesap kopi panasnya.

"Cuma pake air toilet aja sih." Ujar Gian yang terkekeh melihat wajah masam Joshua. "Jangan cemberut terus dong."

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang