17 • adik berkakak

326 46 4
                                    

"Abang." Celetuk Langit.

"Oi?"

"Tumben abang jadi pendiem."

"Ya gimana gak diem, kan abang lagi pasang gas."

"Oh iya." Langit menganggukkan kepalanya setuju.

"Nah kelar," Samudera berdiri menghadap adiknya, "ada apa emangnya?"

Yang ditanya hanya melengos pergi, "Enggak jadi ah, kepo terus lo bang."

"Si bangsat." Gumam Samudera. "Bodo amat dek."

Ia berjalan masuk lagi ke kamar dan melompat ke atas kasurnya. Samudera meringis sakit karena kepalanya menghantam tembok dahulu. Telinganya berdenging kecil, tetapi setelah beberapa saat suara menyebalkan itu hilang. Tidak terdengar apa-apa lagi selain suara burung dan juga suara knalpot berisik dari tetangga sebelah.

Kosan yang awalnya ramai menjadi sunyi karena beberapa penghuni ada yang pulang ke rumah mereka masing-masing, termasuk dengan Kahfi. Ia sudah pulang berhari-hari lalu ke Cirebon, meninggalkan motor kesayangannya di tangan Samudera. Menurut Samudera, rasanya seperti diberi kepercayaan tinggi oleh Presiden Ya setidaknya ia akan menjalankan tugasnya dengan baik. Ada perbedaan yang signifikan disana.

"Boleh pake, tapi jangan lupa lo urus juga."

"Iye. Ntar gua mandiin pake sampo wardah."

"Maksud lo apa anjing."

"Biar halal."

Yang tersisa di dalam rumah kosan ini hanya ia, Langit, dua mahasiswa baru yang sedang mengepel kamarnya, juga hansip yang sering bermain catur dengan Langit. Mereka hidup dengan damai meskipun kadang masing-masing memiliki sifat yang menyebalkan.

Kadang Samudera heran mengapa adiknya mudah sekali berteman dengan orang-orang yang tidak dapat ia duga. Tidak jarang ketika mereka ke pasar, Samudera mendapati adiknya sedang bermain kartu remi dengan para sopir angkot di terminal dekat pasar. Langit tertawa terbahak-bahak sambil meminum kopi hitam yang dibelikan oleh seorang sopir berkumis tebal.

"Langit itu- bagaimana ya. Anaknya terlalu santai dan rileks." Ujar wali kelas adiknya saat ada perkumpulan orang tua. "Tetapi hal itu membuat ia semakin dikenal ramah dan sopan, tidak sedikit kakak kelas yang mengenalnya dan selalu mengajaknya ia melakukan kegiatan di sekolah."

Justru itu yang membuat Samudera lumayan khawatir, ia takut adiknya terjerumus dalam pergaulan yang aneh-aneh dan membuatnya salah lingkungan pertemanan. Meskipun ia yakin kalau adiknya tidak akan selalu pergi bermain sih, Samudera paham betul kalau adiknya orang yang mageran.

"Jam kerja masih lama." Samudera menatap jam dinding, "mau main sama Langit juga paling itu anak mau main lagi bareng si Gilang... Aduh gabut banget anjir."

Ia memutuskan untuk bermain Ludo sambil mendengarkan lagu. Disumbatnya telinga menggunakan earbuds milik Langit yang ditaruh sembarangan. Lagu Sweater Weather muncul dan mulai memasuki kepala Samudera dengan sopan.

Saat Samudera akan menekan Ludo, meatanya tidak sengaja melihat ke notifikasi chat yang menumpuk sejak dua minggu lalu. Dari seseorang yang ingin ia lupakan, tapi tidak ingin orangnya melupakan dirinya. Siapa lagi kalau bukan-

"Gian lagi apa ya?" gumam Samudera sambil membuka aplikasi chat hijau tersebut.

99+ unread messages from Gian.

"Anjir, jahat gak sih gua."

Samudera terdiam menatap foto bulat yang memunculkan wajah Gian dengan anaknya. Tekad Samudera untuk diam-diam pergi dari kehidupan Gian menjadi runtuh karena ia merasakan sesuatu yang sakit. Dirinya tidak mau melupakan dan dilupakan Gian.

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang