Kamu pasti pernah lihat kan, bagaimana wujud dari sebatang kayu yang terkena ombak terus menerus?
Meskipun permukaannya menjadi datar dan halus, muncul beberapa lubang akibat dari air laut yang menyapu batang kayu tersebut. Lembut, namun tidak sempurna. Utuh, tetapi tidak sempurna. Ia masih ada disana, namun rasanya seperti sebagian dari hidupnya sudah hilang entah kemana perginya. Terbawa oleh ombak yang tentu saja tidak akan kembali lagi untuk melengkapi hidup Samudera.
Samudera termenung di dalam kamarnya. Setelah berusaha untuk menerima situasi dimana kini adiknya sudah paham dengan situasi yang ia pendam, Samudera tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ia dihadapkan dengan dua jalur yang terlihat sama persis meskipun masing-masing memiliki akhir yang sangat berbeda.
Kos-kosan sudah mulai ramai, sebab ia tidak sadar jika sekarang sudah menjelang larut malam. Mahasiswa yang semula pulang pun kembali datang untuk merantau meski berat hati karena meninggalkan keluarga. Samudera sedikit rindu dengan perasaan tersebut. Perasaan dimana Samudera pulang ke kosan dan melihat adiknya sedang menonton televisi atau melihat Kahfi yang sedang bermain gitar.
Bisa dibilang, Samudera diam-diam ingin semuanya kembali seperti semula. Mau merasakan bagaimana angin malam menerpa rambutnya saat lupa pakai helm ketika menjemput Gian. Atau saat menemani Langit mengerjakan tugas sekolahnya sambil mengeluh terus-terusan karena tingkah gurunya yang tidak masuk akal. Ia lupa dengan dunia karena Samudera terlalu lama tinggal di dalam kepalanya. Jiwa yang semula tinggal di badannya kini sudah terbang entah kemana.
Pelan-pelan suara isakan pun mulai terdengar. Kepala Samudera menunduk perlahan sambil menarik kedua kakinya. Ia menutup wajahnya dan tangisan tersebut mulai semakin terdengar jelas. Rasanya dunia ini terlalu luas, Samudera ingin mengecilkan badannya hingga tidak tersisa. Hatinya terasa sakit, dan ketika Samudera memeluk kedua kakinya rapat, tangisannya meledak sejadi-jadinya.
Sedikit demi sedikit, batinnya memang berubah menjadi lega. Namun peristiwa ini kembali mengingatkan Samudera terhadap posisinya di masa lalu ketika orang tuanya memberikan perlakuan yang dingin kepada satu sama lain. Ia tidak tahu dimana letak kesalahannya yang sudah diperbuat selama ini dan ia benar-benar ingin seseorang mengingatkannya, karena Samudera sama sekali tidak mau tinggal sendirian di bumi ini.
Kini Samudera sudah sadar atas semuanya. Ia muak dengan perilaku orang-orang yang menjauhinya tanpa sebab. Lelah dengan tatapan sinis yang menusuk dadanya dan perkataan jahat yang selalu terlempar ke arahnya tanpa ada penjelasan yang jelas, dan sudah tidak bisa menahan apapun yang ada di dalam hatinya.
Bunda. Joshua.
Gian. Ayah.
Bunda. Joshua.
Gian. Ayah-
Kepala Samudera berputar. Badannya ambruk ke samping, meringkuk seraya kembali menangis terisak-isak. Apakah ini apa yang bundanya rasakan ketika tahu Langit ada di rumahnya? Atau ini adalah perasaan ayahnya yang sedih ketika bundanya memutuskan untuk pergi? Kalau ini adalah perasaan milik Joshua saat ia merasa dirinya menjadi penghalang antara Samudera dan Gian, maka Samudera yakin jika ini juga adalah perasaan milik Gian ketika suatu saat nanti tahu semuanya.
Sebenarnya, perasaan ini milik siapa? Ia seperti kembali ke masa kecilnya dimana dunia terasa terlalu luas dan ayahnya menelepon seorang wanita di teras. Ke saat dimana Samudera mengajari Langit untuk berjalan. Kembali ke masa dimana ia bertemu Gian untuk pertama kalinya di depan rumah. Pikirannya seperti akar tumbuhan yang menjalar kemana-mana tanpa ada arah yang pasti untuk menjadi tujuan.
Perlahan-lahan Samudera meluruskan kedua tangan dan kakinya di lantai dan berusaha mengatur nafasnya. Dada Samudera terasa seperti sudah terkoyak berkali-kali sementara ia masih berusaha untuk bisa hidup di dunia. Semua menjadi sangat mentah.
Dan untuk kedua kalinya, Samudera memohon kepada siapapun yang ada di sekelilingnya saat ini untuk memaafkan apapun yang ia pernah lakukan dan untuk mempercayainya satu kali lagi agar bisa bangkit dan memperbaiki kesalahannya.
Karma seorang ayah, kadang turun kepada anak pertamanya.
Dan Samudera ingin menghentikannya. Ia bukan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
loose steps | cheolhan
RomantizmGian menyukai hidupnya sebagai single parent dari anak laki-lakinya. Pekerjaan yang stabil, akrab dengan keluarga dan rekan kerja, dan memiliki anak yang pintar sudah lebih dari apa yang ia inginkan. Namun apa yang akan terjadi jika Samudera yang ba...