24 • hujan deras

352 39 4
                                    

Pada hari Kamis yang sejuk, anak-anak kosan memiliki suruhan dari pemilik kosan untuk membersihkan dan juga membereskan barang-barang yang ada di kosan termasuk dengan kamar-kamar kosong. Semua hal ini dilakukan karena Pak Darja memutuskan untuk membuka kembali kosan untuk umum, bersamaan dengan penerimaan mahasiswa baru di PTN dekat sini.

Langit yang mendengar ide tersebut langsung antusias untuk membantu Samudera dan Kahfi, tetapi ia mengganti pikirannya setelah menerima ajakan untuk bermain tenis meja di lapangan dekat Posyandu. Sehingga menyisakan Samudera, Kahfi, dan beberapa anak kosan lainnya. Mereka membersihkan barang-barang yang lebih banyak karena tidak mau (mungkin takut) Samudera dan Kahfi melakukan hal-hal yang berat.

Sehingga itu alasannya mengapa Samudera dan Kahfi berkumpul di kamar mandi, karena mereka akan mencuci baju sebelum berebut mesin cuci. Pak Darja sama sekali belum ada niat untuk mengganti mesin cuci di dalam kosan karena beralasan 'tidak ada dana yang cukup' atau 'belum ada yang bisa memberikan kesan baik di dalam kosan'.

Para seisi kosan hanya bisa menghela nafas panjang. Padahal Pak Darja sendiri hobinya memakan pork cutlet, memancing, dan pergi liburan ke luar kota. Tetapi mereka memilih untuk diam daripada diusir dari kosan yang strategis ini.

"Jadi, gimana rasanya nih cuddle sama gebetan di rumahnya?"

"Bacot."

Kahfi tertawa terbahak-bahak melihat Samudera yang mendengus sebal. Ada sedikit rasa penyesalan di dalam dada Samudera karena ia keceplosan menceritakan kejadian kemarin malam. Mau bagaimana lagi, semoga Kahfi peka dan memilih untuk tidak membicarakan hal tersebut pada orang awam yang tidak tahu asal-usul cerita aslinya bagaimana.

"Apa sih yang bikin lo tertarik sama si Gian?" ujar Kahfi sambil memasangkan selang.

"Baik banget. Baru kali ini gua nemu orang kayak dia." Samudera menyalakan keran air, "Gian juga paham betul sama kondisi gua yang gini-gini aja."

Kahfi terdiam manggut-manggut. Mungkin ia harus mengambil beberapa saran dari Samudera, karena Kahfi yang sudah lama mengejar seorang gadis kalah dengan Samudera yang tiba-tiba saja sudah cuddle dengan Gian. Dahi Kahfi mengernyit ketika ada suatu ide aneh lewat di kepalanya.

"Lo gak pake susuk kan ya buat mikat Gian?" tanya Kahfi pada Samudera.

"Mana ada anjir?" Samudera tertawa terbahak-bahak, "gua aja takut kalau liat hantu."

"Oh, berarti lo emang lagi hoki aja kali ya Mud."

"Ya semoga emang gua lagi hoki aja bang."

Keduanya terdiam dalam hening sambil mengurusi cuciannya masing-masing. Setelah selesai, Kahfi dan Samudera pergi menuju kamar mereka sendiri. Terdengar suara anak-anak kosan lain yang masih membereskan koridor kosan. Sepertinya mereka menyalakan lagu-lagu band luar negeri sambil b̶e̶r̶t̶e̶r̶i̶a̶k̶ bernyanyi bersama-sama.

Samudera rebahan di kasurnya yang baru saja diganti sprei. Kamar milik Samudera dan Langit sudah bersih dan wangi, lebih nyaman daripada sebelumnya. Samudera nyengir sendiri karena tidak sengaja memikirkan pujaan hati (Gian) yang tiba-tiba lewat di kepalanya. Entah kenapa, sejak kejadian tersebut Samudera semakin bucin tolol alias bulol.

Langit tidak menghiraukan abangnya yang kemarin pulang sekitar jam tiga pagi. Ia hanya mengangguk-angguk ketika Samudera menjelaskan situasi yang menjebaknya, karena Langit sendiri hari itu sangat lelah akibat terlalu sering berolahraga di luar kosan. Keduanya pun sudah berbicara dengan satu sama lain sejak tadi pagi.

Tidak tahu jika ini hanya perasaan Samudera, tetapi setiap kali ia mengangkat telepon dari siapapun itu, Langit kerap mengernyitkan dahinya bahkan sampai pergi keluar dari kamar. Ada beberapa alasan yang dilontarkan olehnya (dan lumayan masuk akal), tetapi masih membuat Samudera keheranan. Padahal ia sama sekali tidak membicarakan hal-hal yang diluar nalar.

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang