4 • mens sana in corpore sano

615 70 4
                                    

"Selamat pagi Gilang, pergi ke sekolah yuk!"

Dari jendela, ada seorang perempuan dengan motor Kawasaki di depan gerbang rumah. Suaranya membangunkan Gian dari lamunan, seketika saja ia pergi ke teras untuk melihatnya lebih jelas.

Oh, ternyata Misyel.

"Halo om Gian! Gilangnya ada nggak?"

"Ada, saya p-"

"MISYEEEEL!" tiba-tiba Azkia muncul dan berlari ke gerbang, "lama banget! Aku makan sampai nambah tadi!"

"Pantes tiap pagi jadi makin gembul!"

Azkia memakai helmnya, "kamu hobinya bodyshaming!"

"Cepetan heh! Nanti telat upacaranya lang!" Teriak Misyel.

Gian menggelengkan kepalanya. Perasaan dulu dia tidak seheboh ini saat SMA. Tapi mungkin saja karena faktor umur dan suasana, SMA di zamannya kan, cukup suram.

Ia bergidik ngeri.

"Kita pergi dulu ya om!" teriak Misyel. "Gilang pasti selamat kok naik Panjul!"

"Iya. Hati-hati kalian di ja-" lagi-lagi ucapannya terpotong oleh suara motor. "Dasar anak-anak.."

Sebelum Gian menutup gerbang, ada terdengar suara motor lagi yang mendekati rumahnya. Gian langsung saja lari ke dalam rumah untuk mengambil barang-barangnya. Jaket sudah dikenakan, kaos kaki warna putih dan sepatu dari Azkia saat ulang tahun. Sambil menggenggam beberapa tas kertas, Gian sama sekali tidak lupa kalau hari ini Samudera akan mengantarnya ke kantor.

Untuk pertama kalinya sejak Gian diturunkan ke bumi melewati bundanya, akhirnya Samudera akan pergi melihat kantor tempat Gian bekerja! Selama ini Samudera hanya mengantarnya ke supermarket saja, tetapi hari ini adalah sebuah kemajuan yang besar.

Tetapi Gian bingung.

Mengapa ia merasa bahagia?

Biarlah, yang penting hari ini tidak terlambat pergi ke kantor.

Setelah mengunci pintu rumah, Gian pergi keluar gerbang dan melihat Samudera di depan. Yang berbeda dari tampilan hari ini hanya.. motornya saja. Lebih besar dan berisik daripada sebelumnya.

"Mas, motornya ganti?"

Samudera menggeleng. "Motor saya di bengkel. Ini pinjem dulu punya Kahfi."

"Ooh gitu, baru tau kalau dia ada motor." lalu Gian menaiki motornya. Agak susah karena jok kecil dan tinggi. "Untung dia gak ikut-ikutan kamu narik ya."

"Kenapa emangnya?"

"Kasian ini yang naik," Gian menggerutu, " joknya terlalu tinggi."

"Saya aja awalnya nggak yakin ini punya dia." Samudera ngakak. "Udah? Sikat yuk."

Sehabis itu, mereka sama sekali tidak bicara apa-apa selama perjalanan. Gian hanya memberi instruksi kemana mereka harus berbelok (karena Samudera tidak tahu) dan berhasil kabur dari razia polisi. Dua kali. Disitu Gian harus berpegangan erat karena Samudera dadakan ngebut.

Awalnya Samudera ingin berbicara tentang pekerjaan Gian, tetapi ia sadar kalau sekarang memakai helm full-face. Mendengar suara Gian saja sudah samar-samar. Akan terlihat bodoh kalau mereka berbicara. Nanti pertanyaannya apa, jawabannya lebih ngaco.

Tetapi Tuhan mendengar doanya.

Gian tiba-tiba menepuk bahu Samudera, "habis lurus nanti belok kanan ya mas."

"Hah?" Samudera kebingungan.

"Habis lurus, belok kanan mas!"

"NGGAK KEDENGERAN MAAF!"

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang