6 • tugas

481 60 6
                                    

"Baru kusadari, cintaku bertapuk sebelah tangan!"

"Tepuk, abang."

"Hah?" Samudera menoleh, "mau tepuk siapa?"

"Itu abang liriknya salah. Harusnya tepuk, bukan tapuk! Gimana sih ah." ujar Langit.

Hari ini Langit berniat untuk mengerjakan tugas sekolahnya, yaitu merekam diri sendiri memainkan alat musik. Ia sudah memiliki niat untuk menyanyi sendiri menggunakan gitar, tetapi niat tersebut tiba-tiba sirna saat Samudera (abangnya) dan Kahfi (teman kosannya) menawari untuk menjadi bintang tamu.

Karena takut uang jajan akan dipotong, Langit terpaksa mengiyakan kedua manusia tersebut.

"Cepet dikit gua mau ngudud." Kahfi yang sedari tadi diam akhirnya bersuara juga. "Terus ini tugas gua jadi vokal, kenapa malah lo ikut nyanyi?"

"Mood anjir. Tiba-tiba berasa jadi vokalis."

"Vokalis kosidahan sana! Si Langit yang nyuruh gua nyanyi juga!"

"Jangan berantem terus napa! Cepet ke posisinya masing-masing!" ujar Langit. "Sebelum gua batalin!"

"Lagian lo kenapa milih lagu ini sih. Kan bisa lagu west, kenapa malah lokal? Takut Ardhito ngerasa tersusul sama gua nanti. Ntar gua naik daun."

"Banyak banyol lo, kip. Cepet gua mau genjreng ini kaga jadi-jadi!"

"Yaudah!" teriak Langit. "Lagunya ganti jadi Tanpa Tergesa aja lah bang, tau kan yang mana? Kuproy aja kalau lo gatau."

"Anjir ini anak meremehkan. Gua kan doyan dateng pensi, ya tau lah!" Kahfi bersandar, "satu, dua, tiga!"

Ketiga makhluk itu akhirnya dapat berkoordinasi setelah dua jam berdebat. Langit bersyukur dalam hati karena baru kali ini memiliki niat untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Selama ini dia hanya punya niat untuk santuy dan muncak.

Setelah selesai merekam, Langit segera mematikan ponselnya dan pergi keluar kamar untuk mengedit video tersebut (diluar lebih damai). Kahfi yang sudah tidak ada urusan langsung pergi ke kamarnya sendiri (mau ngudud), meninggalkan Samudera sendirian.

Tidak ada angin, tidak ada hujan, bayangan tentang Gian langsung terbang ke dalam pikirannya. Seperti burung perkutut milik Kahfi yang suka kabur. Tapi balik lagi buat makan.

Sejak acara pergi ke Braga waktu itu, Samudera merasa lebih dekat sejengkal dengan ayah satu anak tersebut. Bahkan Samudera hafal kapan ia harus mengantar Gian pergi ke supermarket (nggak pernah bosan) atau kapan harus menjemput Azkia. Ditambah dengan jam kerjanya yang fleksibel, Samudera semakin bahagia dengan hidupnya sekarang.

Langit yang hendak mengambil headset, seketika berbalik badan dan mengurungkan niatnya saat melihat abangnya nyengir sendiri sambil melihat ponsel di atas kasur.

Tiba-tiba niat yang fantastis lewat dengan harmonis di kepalanya. Sebelum melakukan niat itu, Samudera berdoa dua kali sambil menekan kontak Gian. Tanpa babibu, ia menekan gambar telepon kecil.

Ya, Samudera menelepon Gian.

Dengan keadaan loudspeaker, Samudera menaruh ponsel di sebelahnya dan menunggu beberapa saat sebelum suara itu datang.

"Halo, ada apa mas?"

Rasanya seperti makan es campur sambil berjemur di tengah lapangan komplek yang super panas saat siang bolong. Cukup memacu adrenalin.

"Mas Samudera?"

"Iya?"

"Ada apa telepon?"

"Sibuk nggak?" Aduh, grogi.

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang