Kerudung veil dan gaun putih memanjang menyapu lantai terpasang di tubuhku. Pernikahan ini bukan pernikahan sederhana, namun luar biasa mewah. Sita memberiku serangkai bunga mawar.
Aku menjadi seorang Princess hari ini. Semuanya sesuai impianku, bahkan melebihi dugaanku. Lagu Beautiful And White mengiringi sepanjang perjalananku menuju altar.
Aku memeluk lengan Ayah. Masih melekat di pikiranku kalau Ayah menangis di pelukanku 2 jam yang lalu.
Ayah menyerahkan tanganku pada Mas Hardi. "Jaga putriku. Jangan sekali-kali kamu menyakiti dia." Ayah menatap tubuhku yang sudah berpindah di samping Mas Hardi.
Semua berjalan sakral. Warna putih mendominasi gereja pilihan Mas Hardi.
"Antonius Hardi Dirgantara dan Margaretha Larasati, sungguhkah kalian dengan hati bebas dan tulus ikhlas hendak meresmikan perkawinan ini?"
"Ya, sungguh." jawabku dan Mas Hardi bersamaan.
"Selama menjalani perkawinan nanti, bersediakah kalian untuk saling mengasihi dan saling menghormati sepanjang hidup?"
"Ya, saya bersedia."
"Bersediakah kalian dengan penuh kasih sayang menerima anak-anak yang dianugerahkan Allah kepada kalian, dan mendidik mereka sesuai dengan hukum Kristus dan Gereja-Nya?"
"Ya, saya bersedia."
"Untuk mengikrarkan perkawinan kudus ini, silakan kalian saling berjabatan tangan kanan dan menyatakan kesepakatan kalian di hadapan Allah dan Gereja-Nya." ucap Imam.
Aku dan Mas Hardi saling menggenggam tangan satu sama lain. Kami saling menatap. Aku menyelam sedalam mungkin di mata kelam Mas Hardi.
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, saya Antonius Hardi Dirgantara dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Margaretha Larasati menjadi istri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidup saya." pegangan tangan Mas Hardi mengerat.
Aku mengambil napas sejenak. Meyakinkan diri sendiri bahwa ini pilihanku. Menghabiskan seluruh sisa hidupku bersama Mas Hardi.
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, saya Margaretha Larasati niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Antonius Hardi Dirgantara menjadi suami saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidup saya."
"Atas nama Gereja Allah, di hadapan para saksi dan umat Allah yang hadir di sini, saya menegaskan bahwa perkawinan yang telah diresmikan ini adalah perkawinan Katolik yang sah. Semoga bagi kalian berdua Sakramen ini menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan. Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia." ucap Imam menyatakan aku resmi sebagai istri Mas Hardi.
Setetes air mata jatuh dari mataku. Bukan karena aku terlalu senang, melainkan kenyataan yang menarik diriku menjadi seseorang yang istri Antonius Hardi Dirgantara.
Tersadar sesuatu. Aku bukanlah takdir Lintang. Tapi aku takdir Mas Hardi.
*****
"Mama!" Lisa berlari ke kamarku dan Mas Hardi. Besok hari resepsi pernikahan kami. Aku merenggangkan seluruh otot tubuhku yang kaku selepas penerimaan sakramen perkawinan beberapa jam lalu.
"Sayang, sini duduk di sebelah Mama." Aku menepuk-nepuk kasur berseprai putih.
Lisa naik ke atas kasur, duduk si sampingku. "Mama boleh minta tolong?" Lisa mengangguk. "Tolong lepasin kancing baju belakang Mama bisa? Tapi Mama mau keramas dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...