l i m a p u l u h s a t u 🎐

48.8K 4.3K 285
                                    

Adit memijat kening dan telapak tangan Lira bergantian. Sesekali menaruh aroma minyak kayu putih di sekitar hidung Lira.

"Ayolah Baby Girl, bangun." Adit menoleh padaku dan Mas Hardi. "Apa kita bawa dia ke rumah sakit?"

"Tunggu dia sadar dulu saja, Adit." sahut Mas Hardi tenang.

"Gue khawatir sama dia."

Suara erangan kecil terdengar dari ranjang tempat Lira berbaring. Adit dengan sigap menyangga tubuh Lira menggunakan bantal dari belakang.

"Ra." Adit bernapas lega, dia tidak sadar menggenggam tangan Lira. "Apa yang lo rasain?"

"Yudis." hanya nama itu yang terlintas di pikiran Lira. Aku menggelengkan kepala takjub, sang pria menghawatirkan sang gadis yang di khawatirkan malah memikirkan orang lain.

"Dimana Yudis, Kak?" Lira beranjak dari rebahannya, dia menarik kerah kemeja Adit. "Yudis dimana?"

"Yudis di rumah sakit." jawab Adit singkat.

"Aku mau kesana," Lira menyentuh dahinya yang berdenyut.

"Lo belum pulih."

"Mau lihat Yudis, Kak. Mau lihat Yudis." mata Lira memerah, sebentar lagi dia akan menangis.

"Gue antar. Hati-hati." Adit menuntun Lira ke mobilnya. Aku dan Mas Hardi mengikuti dari belakang. Baru saja aku ingin ikut mobil Adit namun Mas Hardi menahan tanganku.

"Kamu di sini." ucapnya tak terbantahkan.

"Aku mau liat keadaan Yudis juga."

"Kamu di sini. Jangan sampai kamu kelelahan, biar Mas yang ke rumah sakit."

"Tapi aku mau ikut ke rumah sakit."

"Di rumah." balas Mas Hardi penuh penekanan. "MERLIN!" dia memanggil pelayan pribadiku yang ikut di pesta ulang tahun Lira.

"Ya, Tuan?" dia menyilangkan tangannya di depan perut lalu menunduk.

"Antar Laras pulang."

"Baik." dia menuntunku ke mobil, Pak Parjo menunggu di sana sambil tersenyum ke arahku. Bahkan aku tak tahu bagaimana keadaan di pesta Lira, bagaimana nasib para tamu-tamu di sana.

"Pak."

"Ya, Nyonya?"

"Bapak udah ikut keluarga Mas Hardi dari kapan?"

"Sejak Tuan awal masuk kantor. Saya sudah bekerja pada Mas Hardi."

Aku mengangguk paham. "Jadi, Pak Parjo kenal Adit?" tanyaku penasaran. "Kenal Yudis dan Lira juga dong berarti?"

"Ya. Saya tau mereka semua."

"Awal cerita Mas Hardi ketemu Adit itu gimana Pak?"

"Maaf Nyonya. Saya tidak di ijinkan mencampuri urusan pribadi Tuan."

Aku membuang napas panjang. Aku mengirimi pesan Mas Hardi namun belum dijawab oleh suamiku. Aku terus berharap dalam hati Yudis baik-baik saja.

*****

"Gimana Mas?" desakku. "Yudis gak apa-apa kan?"

Saat aku sedang menunggu kabar dari Mas Hardi di kamar. Mas Hardi menelfonku, aku segera menerima panggilannya.

Di seberang sana Mas Hardi mengela napas dalam-dalam. "Yudis gak selamat. Dia sudah tiada."

"Lira?"

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang