t u j u h b e l a s ✨

79.6K 6.5K 478
                                    

WAIT! Aku udah kasih lebel di sinopsis kalau cerita ini dewasa. Dari segi tulisan maupun pengucapan.

Lihat Mas Hardi di bawah ini 👇

Lihat Mas Hardi di bawah ini 👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"Sumpah Mas, cuma itu doang."

Selain manja, Mas Hardi juga terlalu kepo tentang urusanku. Aku harus menceritakan detail kejadian ketika di Carrefour. Kami duduk di meja pantry, Lisa dijemput keluarga Nadira. Tiga hari ke depan Lisa menginap di rumah Nenek dari Ibunya.

Aku menuangkan susu strawberry ke gelasku, tubuhku diapit kaki Mas Hardi. Aku meletakkan kedua tanganku di pundaknya.

"Dia mengajak kamu kembali bersama?"

"Aku udah jelasin tentang itu tadi."

"Jawab, Laras."

"Iya."

"Kamu menolaknya?"

"Pakai nanya lagi."

Dia menarik tubuhku menempel di tubuhnya. "Itu berarti kamu sudah menerima Mas sepenuhnya?"

Aku mengangguk yakin. Aku memainkan kerah bajunya, sesekali menempelkan hidungku di lehernya. Aroma Mas Hardi maskulin dan memabukkan. Menikah dengan duda semenyenangkan ini. Mas Hardi orangnya tidak terburu-buru, buktinya dia tidak pernah membahas masalah ranjang padaku setelah kejadian itu.

"Amplop yang Lintang beri ke kamu berisi pesan apa?"

Ah, aku hampir melupakan kabar baik. Aku berniat melepaskan kakinya dari pinggangku, tapi Mas Hardi menggeleng. "Ambil amplopnya di tas Mas."

"Kamu sudah membuka amplopnya?"

"Udah."

"Masih ingat isinya?"

"Masih."

"Ceritakan. Mas akan percaya semua kalimat yang keluar dari mulut kamu." Mas Hardi mendesis pelan saat aku menggigit gemas rahangnya. Ia mencengkram ujung meja.

"Hasil laporan dari dokter tertukar dengan pasien lain. Sebenernya gak ada penyumbatan di tuba falopi-ku. Aku cuma sakit maag bisa sama terlalu kecapean. Itu yang buat aku pingsan."

"Mas lebih baik menuntut atau berterimakasih pada rumah sakit itu?"

Wait, aku masih mencerna kalimat Mas Hardi. "Kenapa harus menuntut? Kenapa juga harus berterimakasih?"

"Menuntut karena lalai, kelalaian itu juga merugikan kamu. Berterimakasih karena kelalaian itu, kamu tidak jadi dimiliki Lintang."

Ucapannya manis, tapi diutarakan dengan raut datar membuat kata-kata Mas Hardi jadi biasa saja.

Aku menepuk pipi Mas Hardi. "Ekspresi gombalnya kurang dapet. Dikit lagi pasti aku bakal blushing."

Aku neminum susu di gelas. Mas Hardi mengusap sudut bibirku yang terkena setetes susu. Lalu mengarahkan jari itu ke mulutnya, suamiku mengapa sangat seksoy? Aku jadi takut khilaf. Tidak lucu kalau aku yang lebih agresif.

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang