e m p a t ✨

84K 7K 264
                                    

Buat kalian yang baca kalimat ini dalam hati, jangan lupa vote dan komen 🥰

Btw, happy new year all 🥰

Hari pertama di tahun 2021 gak bagus buat aku. Ada aja hal yang bikin kesabaran keuji. Salah satunya tentang tetangga ngeselin.

*****

Aku sedang mengatur kepindahan rumahku. Ayah sengaja membeli rumah baru yang dekat dengan sekolah tempatku bekerja. Insiden batalnya pernikahanku dan Lintang sudah satu bulan berlalu. Namun belum ada tanda-tanda Lintang pergi dari pikiranku.

Cowok itu menghilang tanpa kabar. Seluruh sosial mediaku di blokir olehnya. Aku tak mengerti jalan pikiran Lintang. Oke, aku tidak dapat menjadi istrinya. Tapi setidaknya kita bisa menjadi teman.

Mataku menyipit kala melihat seorang anak kecil sedang menghampiri seekor kucing. Dari arah berlawanan terlihat mobil yang melaju ke arah yang sama dimana anak kecil itu berada.

Aku secepat mungkin berlari dan memeluk tubuh anak kecil itu lalu menariknya menjauh dari mobil yang melaju kencang.

"Woy! Perhatiin anaknya kalau main! Jangan sembarangan ditinggal!" orang itu berseru marah padaku.

"Maaf." balasku. Laki-laki itu mengendarai lagi mobilnya menjauh dari aku dan anak kecil di dalam dekapanku ini.

Aku melepas pelukanku untuk melihat wujud sang anak kecil. "Lisa?" ucapku kaget. "Kamu ngapain main di tengah jalan, Sayang?"

"Lisa mau ambil kucing."

"Papa kamu dimana?"

"Gak tau."

"Ke sini sama siapa?"

"Bi Sri." Lisa masih menundukkan wajahnya. "Bu Guru jangan marah sama Lisa."

Nada suara Lisa menyiratkan sedikit ketakutan. Aku menyentuh dagu Lisa agar menatap wajahku. "Bu Guru gak marah. Lisa kenapa bicara seperti itu?"

"Biasanya Papa marah liat Lisa gak nurut."

Bener-bener Bapaknya Lisa. Minta di sleding kepalanya.

"Papa sering marah sama Lisa?" tanyaku lembut.

"Iya."

"Lisa takut sama Papa?"

Lisa mengangguk. Ia menyuruhku mendekatkan telingaku di mulutnya. "Bu Guru jangan bilang ke Papa. Lisa takut Bu Guru dimarahin Papa juga."

Selama ini aku selalu mengamati Lisa. Hubungan anak itu dengan orang tuanya terlihat tak terlalu baik. Lisa selalu diantar jemput supir dan saat ini dia bersama pengasuhnya.

"Non Lisa! Bibi cariin dari tadi." Bi Sri berlari mendekati aku dan Lisa. "Non Lisa tadi kemana? Jangan lepas pengawasan dari Bibi, Non."

"Lisa aman dengan saya. Bibi tenang saja." balasku. Lisa pun enggan berbicara dengan Bi Sri.

Aku mengendong Lisa. Raut terkejut dari wajah Bi Sri nampak jelas di mataku. Dia seperti melihat salah satu keajaiban dunia.

"Lisa mau es krim?" tanyaku yang diangguki oleh Lisa.

Lisa melingkarkan tangannya di leherku dan memeluknya erat. Aku berjalan ke kedai es krim dekat komplek rumah. Aku ingin menurunkan Lisa di tempat duduk. Namun Lisa menolak dengan gelengan kepala.

"Lisa mau dipangku Bu Guru." gumam Lisa di samping telingaku.

*****

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang