Jangan panggil Thor ya, panggil Raras aja biar akrab. Aku kelahiran 2003, jadi yang lebih kecil bisa panggil Mbak atau Kak. Yang lebih besar bisa panggil nama.
Yang jomblo, laki-laki panggil sayang aja biar aku dikira ga jomblo. Canda jomblo.
Cukup sekian curhatan sadgirl.
*****
Aku berjalan memasuki sebuah sekolah dasar swasta di Jakarta yang sangat padat. Hari ini cuacanya sangat panas hingga keringat terus menetes dari dahiku. Aku bekerja di taman kanak-kanak sekolah yang merangkap TK dan SD sekaligus.
"Selamat pagi Bu Laras." sapa Pak Davin. Laki-laki itu memberikan senyuman yang paling manis padaku.
"Selamat pagi Pak Davin."
Aku meletakkan semua buku di tanganku ke atas meja. Aku mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin. Ruangan ber-ac ini belum bisa mengusir keringat dari tubuhku.
"Masuk jam keberapa Bu?" Pak Davin duduk di sampingku, mengambil kursi Bu Dewi sebagai bangkunya.
"Kedua Pak. Sebentar lagi."
"Kelas apa Bu?"
"TK A."
Pak Davin berdiri dari duduknya, ia kembali tersenyum kepadaku. Jangan heran mengapa dia suka tersenyum, kata guru-guru di sini. Dia menyukaiku. Tapi entah betul atau tidak. Aku tidak perduli.
"Saya ke kelas dulu Bu."
"Silahkan Pak."
Aku keluar dari ruang guru setelah bunyi bel pergantian jam terdengar. Di kelas TK A masih ada beberapa orang tua murid yang menunggu anaknya dari luar kelas. Bukan beberapa. Semua orang tua murid menunggu anaknya.
Aku masuk ke dalam kelas dan tersenyum kepada seluruh anak-anak di dalam kelas. "Good morning all."
"Good morning Miss."
Kelas di mulai dengan perkenalan satu-persatu murid di dalam kelas. Aku suka saat seperti ini. Bertemu dengan anak kecil, mengenal mereka dan dekat dengan mereka. Melihat wajah lucu mereka.
Satu anak laki-laki mendekatiku, ia tersenyum lalu mencium pipiku. Inilah yang aku suka dari anak kecil. Mereka sangat polos dan menggemaskan. "Bu Gulu cantik. Dapid suka."
Aku mencubit pipi David. "Kamu juga lucu."
Waktu terasa berjalan cepat. Bel istirahat berbunyi. Seluruh murid keluar dan pergi ke kantin. Aku membereskan peralatan yang aku gunakan untuk bermain dengan anak-anak.
Saat aku sudah bersiap ingin keluar dari ruangan. Seorang anak duduk di kursi paling pojok. Aku mendekati anak itu dan mengusap kepalanya.
"Kamu kenapa di sini? Gak istirahat bareng temen-temen?"
"Lisa gak mau."
"Kenapa gak mau Sayang?"
Tangan kecil Lisa menarikku duduk di sebelahnya. "Bu Guru duduk sini bentar ya. Nemenin Lisa."
Aku mengangguk. "Lisa ke sini sama siapa?"
"Sama Pak Parjo."
"Sekarang Pak Parjo dimana?"
"Pulang. Lisa di sini sendirian. Bu Guru mau tetep temenin Lisa kan?"
Aku mengangguk paham. Lisa ternyata termasuk anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Dari pengamatanku tidak ada satupun orang tua yang mendekat ke arahnya.
Anak ini terus memelukku dan menggenggam tanganku. Seolah Lisa tidak ingin kehilanganku. Kebetulan hari ini aku hanya mengajar di jam kedua dan ketiga. Di kelas ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romansa[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...