e m p a t p u l u h s a t u 🎐

59.3K 4.8K 561
                                    

Ampun mbak jago 🙏🏼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ampun mbak jago 🙏🏼

*****

Napasku terengah-engah di bawah Mas
Hardi. Dia menghukum aku, alasannya dia tak suka membayangkan Reza menyentuhku saat kami sedang latihan menari salsa. Dia menyudahi permainannya tatkala tubuh kami sama-sama menegang dan mengalami pelepasan.

Aku mendesis panjang di bawahnya, mencengkram punggung kekar laki-laki di atasku. Mas Hardi berpindah posisi menjadi di sampingku, menarikku ke dekapannya.

"Mas tidak suka membayangkan kamu melakukan tarian kemarin bersama Reza."

"Salah sendiri gak mau dengerin aku."

Jam setengah dua dini hari. Kami baru menyelesaikan pergulatan di atas ranjang. Mataku lima detik baru terpejam, tangan Mas Hardi kembali bergerilya di dadaku.

"Tangan!" aku memukul tangan kurang ajar suamiku. "Udah jam setengah dua. Besok aku harus jemput Lisa di sekolah jam 10."

"Sedikit saja Ras."

"Sekali lagi ngomong kalimat itu. Aku congkel mulut Mas."

"Kalau kamu congkel mulut Mas. Nanti siapa yang cium bibir bawah kam—"

"Ssttttt...,"

Aku menutup mulut Mas Hardi sebelum dia melanjutkan ucapannya. Dia tidak lagi mengeluarkan suara, aku beralih menjambak rambut teman tidur seumur hidupku ini.

Aku mengaitkan kakiku dengan pinggang Mas Hardi lalu memeluk tubuh besar di depanku ini. Pelukannya sangat hangat dan membuatku nyaman. Semua ini terasa nyaman.

"Mas kenapa selalu cemburu sama semua mantan aku?" suaraku teredam dada Mas Hardi.

"Karena Mas ingin menjadi satu-satunya untuk kamu. Bukan salah satunya." balas Mas Hardi, dia mengusap rambutku lalu mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepalaku.

Nyengir lo jomblo.

"Mas emang satu-satunya." tukasku sambil mengelus punggung kekarnya. Kadang aku memukul punggung Mas Hardi saking kerasnya.

"Ya harusnya begitu. Mas gak suka milik Mas di sukai orang lain. Apalagi mereka berencana merebut apa yang sudah menjadi milik Mas."

Aku mendongak. "Untung aku bukan cewek kegatelan. Jadi Mas aman. Aku gak bakalan main di belakang Mas."

Dia tersenyum, "Katanya tadi kamu lelah."

"Iya."

"Ayo tidur."

"Udah gak bisa tidur lagi. Mana gabut banget lagi."

"Baiklah." Mas Hardi melepas pelukan kami. Perasaanku sedikit tidak enak.

Dia mengangkat tubuhku yang tak memakai sehelai benang pun. "Ambil posisi yang paling kamu sukai. Kali ini kamu yang memegang kendali."

Aku mengangguk. Aku menarik Mas Hardi duduk. Dia melingkarkan tangannya di punggungku.

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang