d e l a p a n b e l a s ✨

78K 6.4K 171
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sikap Mas Hardi mengalami perubahan. Bukan kepadaku, tapi kepada Lisa. Aku tak mengerti kenapa dia tiba-tiba bersikap dingin pada Lisa. Seperti saat ini.

"Lisa ikut Papa ya." Lisa mengajak Mas Hardi berangkat sekolah bersama. Tidak ada yang salah dari kalimat Lisa. Namun tanggapan Mas Hardi sangat ketus pada anak itu.

"Papa sibuk." Mas Hardi mengambil sodoran roti dariku.

"Tapi Pa—"

"Papa sibuk! Kamu bisa memahami jadwal Papa tidak?!"

"Apaan sih Mas. Gak jelas banget." aku membawa tubuh Lisa menjauh dari ruang makan. Mata Lisa berkaca-kaca karena bentakan tiba-tiba Mas Hardi.

Aku menggendong tubuh Lisa ke kamarnya. Meninggalkan Mas Hardi sendirian di sana. Aku tak tahu apa yang terjadi sehingga Mas Hardi bisa kembali kasar pada Lisa.

"Lisa nakal Ma?" Lisa masuk ke pelukanku. Anakku yang lucu berkuncir dua ini menangis di pelukanku. "Papa marah sama Lisa gara-gara Lisa nakal."

"Lisa gak nakal." aku menghapus air matanya. Sudah tiga hari Mas Hardi marah-marah tidak jelas karena kesalahan kecil yang diperbuat Lisa. Seperti kemarin pria itu marah besar hanya karena Lisa memberi makan kucing liar di pinggir jalan. Itupun bukan terhitung kesalahan, itu hal yang baik.

"Papa lelah, Sayang. Papa kurang istirahat jadi dia mudah marah." tangis Lisa mulai reda. "Lisa maklum ya Nak. Otak Papa belum diisi ulang."

"Kenapa di isi ulang, Ma?"

"Lisa perlu tenaga, berarti Lisa butuh makan. Papa juga gitu Nak, kurang asupan kewarasan makanya suka marah-marah."

"Jadi gitu Ma?"

"Iya." aku terkikik pelan. Lalu menurunkan Lisa dari ranjang. "Sekarang Princess siapin buku yang diperluin. Nanti Tante Sita mau ke sini, sekalian sama Kevin juga."

"Kak Kevin ke sini? Dia gak sekolah kayak Lisa?"

"Kevin ijin, Sayang. Lisa mau main sama Kevin kan?"

"Lisa mau." Dia berlari kecil ke meja belajarnya. Menyiapkan buku yang harus ia bawa seperti perintahku.

"Mama ke kamar dulu ya Sayang. Nanti kalau udah selesai ketuk kamar Mama."

Kulihat Lisa menganggukkan kepalanya. Aku keluar dari kamar Lisa. Aku memutuskan berhenti bekerja. Memilih fokus mengurus kebutuhan anak dan suamiku. Sebagai gantinya, Mas Hardi memberikan aku gaji bulanan dua puluh lima kali lipat dari gajiku saat bekerja. Gaji dari suamiku itu tidak termasuk uang bulanan khusus untukku. Bahkan uang bulanan rumah masih ada sendiri.

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang