"Ada pesta apa ini Nak?" Ayah mengelus rambutku di pundaknya. "Kok ramai sekali?"
Hari ini Mas Hardi berencana mengumumkan kehamilanku pada sanak saudara kami. Dia mengundang para sepupunya, mengumpulkan keluarga kami. Semua sedang berbincang-bincang ria.
"Mas Hardi dapat proyek gede banget, Yah."
"Gak tau kenapa, Ayah pengen ngelus perut kamu." ucap Ayah sambil meletakkan tangannya di perutku. Aku berjengit kaget, apa Ayah sudah tahu kalau aku hamil? Gagal dong kejutannya berarti.
"Sayang." Mas Hardi panik, dia datang di depanku. "Kenapa kaget? Ada yang sakit? Jantung kamu baik?"
Aku mengelus kepalan tangannya di pahaku. "Gak apa-apa Mas."
"Kamu kenapa Hardi?" Ayah heran. Jangankan Ayah, aku juga heran dengan sikap Mas Hardi yang mudah dilanda panik. "Laras hanya terkejut."
"Saya hanya takut Yah. Silahkan dilanjutkan, saya mengawasi dari jauh."
Tangan Ayah lanjut mengelus perutku. "Gak biasanya ayah gini Ras. Kenapa ya?"
"Laras juga enggak tau." aku mengangkat bahu. "Laras mau ambil roti dulu."
Aku menghampiri Lira. "Wuis, yang bentar lagi ulang tahun. Umur berapa dua hari lagi?"
"26." jawab Lira malu-malu.
"Mau kado apa?"
"Novel cukup."
"Berapa biji?"
"Lima aja deh."
"Ya, gue beliin."
Orang tua Lira berada di ujung taman, mereka berbincang bersama orang tua lain. Ya, keluarga Lira sudah dianggap keluarga dekat Mas Hardi walau mereka tak mempunyai hubungan darah. Bisa dibilang mendiang Ayah kandung Mas Hardi dan Om Bima adalah sahabat dekat orang tua Lira.
"Aku balikan sama Yudis. Ternyata dia gak selingkuh." terang Lira malu-malu.
"Bohong itu. Mana ada maling ngaku."
"Temennya jelasin semua ke aku kemarin karena ngerasa bersalah udah nyebarin berita hoax. Jadi sebenernya dia mah bikin surprise, sebelum di hari ulang tahun."
"Terus?"
"Dia mutusin aku, itu sebagian dari rencananya. Tapi semua ambyar gara-gara temennya bilang Yudis selingkuh. Dia langsung dateng ke rumahku buat klarifikasi, bawa temennya juga. Yudis takut aku mikir dia gak setia."
Aku tertawa garing. "Rumit ya."
Mas Hardi muncul di belakanganku. Dia memeluk pinggangku, menatap aneh Lira yang cengar-cengir tak jelas di depan kami.
"Kenapa kamu?"
"Ulang tahunku besok jangan lupa kado!" pekiknya senang.
"Iya."
Dari arah pintu masuk, aku melihat Adit celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang, di belakangnya ada seorang wanita yang mengekori dia dari belakang. Aku menghembuskan napas kesal, wanita baru lagi.
"Baby Girl!" dia mendekati Lira. Kulihat wajah Lira merengut kesal, menambahkan kesan imut di wajahnya.
"Nama aku Lira! Bukan babi!"
"Gue panggil lo baby, bukan babi."
"Y itu sering dibaca jadi i, kalau baby dibaca babi!" balas Lira tidak terima.
"Terserah,"
"Itu siapa Dit?" aku menyela. Kasihan wanita di belakang Adit, dia hanya diam bak patung.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...