Hm, bab kemarin gak sepi ye moms. Aku kira bakalan sepi loh 🤭💅
*****
Hardi's POV
Aku menatap jenuh semua berkas di meja. Dalam otakku memutar kejadian kemarin. Bibir lembut Laras dan aku masih ingat betapa manisnya bibir itu, aku ingin merasakannya lagi namun terlalu gengsi memintanya.
Bahkan kemarin aku hampir kelepasan. Kalau saja Mama tidak datang ke kamarku, aku mungkin masih tidur bersama Laras di kamar. Kemarin pun aku harus tidur sendirian setelah menidurkan sesuatu yang bangun. Laras memilih tidur bersama Lisa.
Semua akan terasa mudah jika aku tidak menyukai Laras—bukan menyukai. Tapi aku sudah mencintainya. Hanya aku yang tahu rahasia ini, Sita juga tidak mengetahui rahasia yang aku pendam selama bertahun-tahun. Sampai sekarang aku masih belum percaya Laras berganti status menjadi istriku. Dulu, aku hanya bisa bermimpi hal ini menjadi nyata.
Aku tidak mau memaksa Laras terlalu terburu-buru berhubungan suami istri. Aku punya waktu seumur hidup untuk itu. Aku mengedepankan kenyamanan Laras terlebih dahulu.
Sedari awal mata kami bertemu di ballroom hotel pernikahan Adikku, Sita. Aku sudah merasakan getaran kecil di hatiku yang tak pernah aku rasakan. Nadira pun tidak pernah mendapatkan hatiku. Kami menikah karena perjodohan.
Bercerita sedikit tentang apa yang aku rasakan pada Laras. Sejak dia masih menginjak bangku perkuliahan, aku ingin mengajaknya ke jenjang yang lebih serius. Tapi kenyataan menamparku, Laras sudah mempunyai kekasih.
Sikap ketus, datar dan dingin yang selalu aku tunjukkan didepannya hanya topeng yang aku gunakan untuk menutupi perasaanku padanya.
Lalu Mama mengenalkan aku dan Nadira. Mulanya aku tak setuju dengan gagasan Mama dan mendiang Ayah yang berencana menjodohkan kami. Namun mengingat umur Mama yang tak lagi muda membuatku setuju tentang perjodohan itu.
Nadira, aku kira dia wanita yang baik. Dari gaya bahasanya yang santun dan sikapnya yang anggun, orang tidak akan menyangka dia manusia busuk. Ia mengincar hartaku untuk dibawa kabur bersama kekasihnya.
Ponselku bergetar, membuyarkan semua lamunanku tentang masa lalu. Aku mengangkat panggil tersebut.
"MASSSS!!!" suara kencang nan memekakkan telinga Laras menyambut pendengaranku.
"Apa?"
"Aku bosen di rumah. Lisa baru main sama Ayah. Aku ditinggal sendirian di rumah."
"Lalu?"
"Aku main ke kantor Mas ya?"
"Kantor Mas bukan taman bermain." jawabku singkat. Aku mengulum senyum, membayangkan wajah Laras yang cemberut. Pasti sangatlah mengemaskan.
"Gak gitu juga Bambang. Cuma mau main aja, gak aneh-aneh. Sekalian cuci mata siapa tau ada cowok ganteng."
Tanganku terkepal erat. Aku tak rela milikku memperhatikan pria lain, kecuali diriku. "Tidak ada yang tampan di sini."
"Di situ cewek semua? Sumpeh lo?" ucapnya terkejut.
"Tidak ada yang lebih tampan dari Mas di sini."
"Serah. Aku otw ke sana."
Jujur hidupku lebih berwarna setelah menikah dengan Laras. Ada saja hal baru yang membuatku gemas dengan kelakuannya.
Di luar Laras terlihat sangar. Tapi sebetulnya dia perempuan yang lembut dan penyayang. Lisa yang tidak mau berdekatan dengan siapapun dibuat luluh olehnya. Hubunganku dan Lisa lambat laun membaik, kami semakin dekat. Tentu lagi-lagi peran Laras yang membuat kami berdua dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Lãng mạn[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...