e m p a t p u l u h d u a 🎐

54.6K 4.8K 157
                                    

Author's POV

Adit mendesah kecil, seminggu terakhir dia menjadi penguntit istri musuhnya. Keadaannya sudah membaik walau dulu ia sempat mengalami patah tulang yang cukup parah karena ulah Laras.

Aku tidak percaya ini, demi wanita bar-bar itu aku rela menjadi seorang penguntit. Adit sewot sendiri, dia tertarik pada Laras. Istri Hardi itu mampu membuat playboy sepertinya mulai tertarik dengan wanita. Biasanya wanita yang akan datang kepadanya dengan sukarela.

Istri Hardi berbeda. Adit menyadari hal itu, awalnya ia heran. Bagaimana Hardi bisa menyukai wanita modelan Laras—tidak anggun, tidak feminim dan tidak lemah lembut. Tapi Adit menyadari sesuatu selama ia menguntit Laras.

Wanita itu apa adanya, tak penuh dengan kepura-puraan dan Laras bukan tipe wanita penjilat. Dia juga baik hati, terbukti dulu Adit sering melihatnya memberi makanan kotak pada orang di pinggir jalan dan membeli segala macam barang yang dijual bapak-bapak tua yang berjualan di depan Indomaret. Demi membantu dagangan bapak itu supaya segera habis.

Maka dari itu, tidak tahu mulai kapan. Adit tertarik pada wanitanya Hardi. Perduli setan Laras milik siapa, Adit akan mencoba.

Melihat Laras turun dari Audi yang dikendarai seorang perempuan. Adit diam-diam ikut turun dari mobilnya. Mengamati Laras yang sedang berbincang dengan guru Lisa.

Dia mendumel tak jelas. Adit bersembunyi di balik pos satpam, memandang interaksi Laras dan Renata. Dahinya mengerut bingung, ada tujuan apa Renata datang ke tempat ini? Bahkan satu jam yang lalu sekretaris Adit mengabari jika Renata datang ke kantornya.

Renata wanita penggoda laki-laki kaya. Suami orang pun masih dia kejar. Berbeda dengan Adit yang mengintai dari jauh, Renata terang-terangan menggoda Hardi di depan Laras. Tapi bukannya panas, Laras malah tertawa lebar. Menyodorkan Hardi pada Renata kalau pria itu menerima barang bekas sejenis Renata.

Jika Hardi mengikhlaskan Laras pada Adit. Dia dengan senang hati menerima wanita yang sudah pernah memukulnya itu.

Perdebatan antara Laras dan Renata berlanjut. Adit menatap pergerakan Renata, wanita itu mencurigakan. Adit maju mendekat pada kedua wanita cantik tersebut.

"Dan sekarang yang mau gue lakuin adalah menyingkirkan lo Bitch!"

Setelah Renata mengucapkan kalimat itu, dia mendorong tubuh Laras hingga terjatuh di tengah jalan. Dari arah yang berlawanan, mobil Yaris merah melanju kencang.

"LARAS AWAS!"

Adit secepat kilat menarik tangan Laras dan membawa tubuh itu menghindari mobil. Dia memeluk tubuh Laras yang tidak sadarkan diri. Mereka terjatuh bersama di pinggiran jalan.

Renata panik, dia segera pergi bersama orang yang mengendari mobil Yaris merah suruhannya. Adit menatap plat nomor mobil dan semua ciri-ciri mobil itu. Seorang pengacara handal sepertinya mudah sekali mengingat hal kecil.

Tubuh Laras memang terhindar dari mobil, tapi akibat tarikan dari Adit. Kepala Laras membentur trotoar hingga kepala wanita itu mengeluarkan lumayan banyak darah.

"Mama!" seorang perempuan datang sambil menggendong Lisa. Raut wajah perempuan itu sama terkejutnya dengan Lisa.

"Ada kejadian apa tadi?" tanya perempuan itu panik. "Gue Elle, sahabat dia."

Adit mengangguk, dia tak membalas ucapan Elle. Dia mengangkat tubuh Laras ke mobilnya. Lisa di belakangnya masih menangis keras melihat keadaan Ibunya. Elle mengelus punggung Lisa untuk menenangkan anak itu.

Tangan Elle meremas kemudi. Dia terlalu kalut, kejadian yang menimpa Laras terlalu cepat. Gadis itu mengelus kepala Lisa.

"Mama gak apa-apa kan Tante?" Lisa menggenggam tangan Elle yang bertengger di kepalanya. "Mama gak akan sakit kan, Tante El?"

Elle mewakili semua jawabannya dengan senyuman. Dia tak tahu apa yang terjadi kedepannya.

*****

Adit menunggu di depan, sementara Elle dan Lisa duduk di depan laki-laki itu. Adit menatap Lisa yang masih menangisi Ibunya, laki-laki itu menyuruh Lisa mendekat padanya menggunakan kode tangan.

"Lisa sini Nak." Lisa menurut, perlahan Adit membawa Lisa ke dalam gendongannya. Ia mengelus lembut pipi Lisa yang terdapat banyak bekas air mata. "Tangannya Lisa di obatin dulu ya."

Adit mantap ngeri bekas jiwitan yang membekas di tangan Lisa. Dia sudah menyuruh anak buahnya membelikan salep.

"Mau Mama."

Adit membawa tubuh Lisa ke dadanya. Dia memang membenci Hardi, namun dia tidak membenci Lisa. Ya, terkadang dia memang menggunakan nama anak itu agar Hardi murka.

Adit menerima salep yang diberikan anak buahnya. Dia mengoles salep itu ke bekas jiwitan Renata.

"Tante Renata tadi cubit bagian mana aja?" tanya Adit.

Lisa menunjuk bagian mana saja yang terkena cubitan Renata. Tidak hanya di lengan, di paha pun Lisa mendapat cubitan pedas itu.

Adit memberikan salep di bagian tubuh Lisa lalu menyandarkan tubuh anak itu ke dadanya. "Mama bakalan sembuh. Lisa tenang ya."

Langkah kaki tegas seseorang menghentikan usapan Adit di kepala Lisa. Pria itu menatap orang yang berdiri di depannya.

Hardi menarik Lisa dari pangkuan Adit. Menjauh dari musuhnya, dia menatap nyalang Adit. Hardi mencengkram kemeja yang digunakan Adit.

"Apa anda lakukan pada istri saya?!" tanya pria itu geram.

"Bang Hardi," Elle melerai perkelahian yang hampir terjadi. "Ini di rumah sakit Bang. Tolong jaga sikap."

Wajah Hardi dibanjiri keringat. Adit juga bisa melihat bekas lelehan air mata dari wajah pria itu.

Hardi menatap Elle tak suka. "Dia sudah membuat Laras masuk ke rumah sakit."

"Bukan dia. Tapi cewek lain."

Cengkraman di kemeja Adit mengendor. "Renata." gumam Hardi geram. Satu nama itu terlintas di pikiran Hardi.

"Lo tenang. Laras bakalan baik-baik aja."

Adit mengusap pundak Hardi. Dia tahu Hardi panik, terlalu kalut. Apalagi kepergian Nadira sedikit mempengaruhi pikirannya, takut Laras mengalami kejadian yang sama.

Tidak tahu sejak kapan Hardi dan Adit mulai dekat, sampai Adit memberi Hardi kalimat penenang supaya tidak memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Yang harus lo lakuin adalah nunggu Laras sembuh dan lo balas Renata. Gue bantu semua keputusan lo tentang balas Renata. Dia sudah kelewat batas." ucap Adit lagi.

Hardi memeluk tubuh Lisa. Ia menatap intens bekas kebiruan di lengan anaknya, bekas itu terlihat mencolok. Siapa yang berani melakukan ini pada anaknya?

"Itu juga yang Renata yang ngelakuin." jawab Adit seolah tahu apa yang dipikirkan Hardi. "Kalau gue jadi lo. Gak bakalan gue mikir dua kali buat balas semua perbuatan Renata."

*****

Laras & Elle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laras & Elle

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang