e m p a t p u l u h t i g a 🎐

55.4K 4.9K 260
                                    

Author's POV

Keadaan Laras baik-baik saja. Tidak ada cedera serius yang dialami wanita itu. Tinggal menunggu Laras sadar dan istirahat beberapa hari di rumah sakit lalu wanita itu boleh pulang.

"Gue udah nyuruh Daniel sabotase kamar yang sering dijadikan tempat menginap Renata dan mentri itu." jelas Adit. Hardi mengangguk, ia mengotak atik laptopnya.

"Setiap Sabtu mereka akan menginap di sana." Hardi menimpali. Keahliannya dan Adit saat kuliah kembali mereka pakai. Dulu alasan mereka bermusuhan karena hal itu, Hardi selain menjadi ketua BEM dia juga menjadi ketua hacker paling misterius dan menakutkan Indonesia. Sedangkan Adit menjadi wakilnya. Tidak ada yang tahu identitas Hardi bahwa dia seorang hacker profesional.

Ponsel Laras pun ia pantau, ada seseorang yang berani menggoda istrinya atau tidak. Sosial media istrinya juga Hardi selalu pantau.

Sekarang mereka menggunakan itu untuk menjatuhkan Renata. Data pribadi Renata yang tidak diketahui siapapun mulai diretas dua orang itu.

Hardi dan Adit memang tidak pandai bela diri yang mengandalkan tenaga. Namun mereka dapat menjatuhkan mental seseorang menggunakan otak jenius masing-masing.

"Jam setengah sembilang mereka masuk ke dalam hotel. Kita harus ada di sana sebelum Renata datang." Adit menyodorkan laptopnya pada Hardi. "Lihat ini. Gue udah nemu vidio dia lagi tidur sama direktur yang dikenal publik suami paling setia buat istrinya."

"Ini bakalan jadi skandal besar." gumam Hardi. Dia menyimpan vidio CCTV yang menampilkan Renata sedang mendorong Laras. Matanya menatap tajam perbuatan wanita itu, berjanji dalam hati akan membuat Renata hancur-sehancurnya.

Hujatan dari netizen akan sangat berguna untuknya kali ini.

Di seberang mereka. Elle menemani Lisa yang duduk di samping Laras. Tangan anak itu setia memegang jemari Ibunya.

"Mama bangun." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di lengan Laras. "Lisa tungguin Mama bangun."

"Tante El." panggil Lisa.

"Ya?"

"Mama kapan bangun?"

"Lisa sabar ya. Sebentar lagi Mama bangun." balas Elle menenangkan.

Adit beranjak dari duduknya. Ia melihat Laras yang terbaring di ranjang rumah sakit, Hardi masih sibuk dengan kegiatannya. Saat menatap Laras ia merasakan debaran asing di dadanya.

Jujur dia sempat ketakutan ketika perjalanan ke rumah sakit. Padahal Adit tak pernah merasa ketakutan berlebihan, hanya pada saat kejadian ini saja.

"Kenapa anda melihat Laras sedalam itu?" suara datar Hardi memecahkan lamunan Adit.

"Gue cuma lagi ngelihatin Lisa." timpalnya. "Lo gak suka sok formal lagi sama gue." lanjut Adit. Matanya beralih ke Lisa. Ada secercah rasa bersalah pada anak itu, dia dulu hampir merebut Nadira dari Hardi.

Bukan Adit yang mengambil Nadira. Wanita itu datang dengan sendirinya, meminta sebuah kepuasan pada musuh suaminya. Wanita yang tamak, ia tak heran mengapa Hardi tidak pernah jatuh hati pada Nadira.

Kini, dia sendiri malah menaruh perasaan pada Laras. Pada akhirnya kenyataan ini akan selalu di sembunyikan, ia mungkin hanya bergerak di belakang. Adit selalu berada di sisi Laras tanpa wanita itu tahu.

"Jangan menginginkan yang gue punya. Gue peringatin ke lo." Hardi menatap tajam Adit. Pria itu meletakkan laptopnya ke sofa.

Elle yang merasakan atmosfer di ruangan Laras mulai suram, dia membawa Lisa keluar dari ruangan dengan iming-iming membelikan es krim.

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang