"Baru bangun?" Elle duduk di meja makan. Apel dan laptop di hadapannya, Elle terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Aku menyengir lebar. Sindiran itu tepat mengenai otakku. "Salahin Mas Hardi." elakku. Aku mengambil roti isi selai coklat buatan Sita.
"Nasib tinggal di sini." Elle menghembuskan napas dalam-dalam. "Di Busan gue denger Sita iya-iya sama Bang Adrian. Sekarang lo."
"Kalau mau kayak kita. Terima Derren, kasihan dia jadi sadboy."
"Ogah. Dia mah fuckboy."
Sita datang membawa segelas susu. Ia melirik tak suka diriku yang memakan roti buatannya. "Derren sadboy berkedok fuckboy." sahut Sita. Ia mengambil sesuatu di kotak dan mengeluarkan obat dari dalam sana.
"Gue kemarin di kasih ini sama Ibu-ibu waktu belanja sayur. Gue gak butuh, lo mau Ras?" Sita menyodorkan obat itu padaku.
"Obat apaan?" Elle mengambil obat berwarna biru itu di atas meja.
"Viagra." jawab Sita.
"Lo mau kasih ke gue?" tanyaku heran.
"Siapa tau lo butuh." balas Sita cuek. Elle hanya menatap bingung percakapan kami berdua.
"Anjir, lo kira Mas Hardi ejakulasi dini?" tanyaku tak terima.
"Enggak?"
"Gila! Dia gak minum obat gue aja tepar. Apalagi minum obat."
Elle cengo. Dia menatap obat di tangannya, sepertinya dia tak tahu arti viagra. "Perdebatan macam apa ini teman-teman?"
"Lo perawan diem." Sita menunjuk tepat di depan wajah Elle. Gadis itu mundur merasa jari Sita terlalu dekat dengan hidungnya.
"Jangan-jangan Bang Adrian ejakulasi dini?" tuduhku. "Ganteng doang, tapi ejakulasi dini."
"Mana ada! Mas Adrian tahan lama tau!"
"Gue pura-pura polos." sela Elle. Aku meraup wajahnya.
"Apanya yang lama?" suara berat Bang Adrian terdengar. Kami bertiga menegakkan posisi tubuh masing-masing.
Elle menyembunyikan obat yang hampir diberikan Sita di kantong celananya.
"Guys, otak sok polos mode on." bisikku pada ketiga sahabatku. Mereka mengangguk lalu Sita tersenyum lebar ke arah suaminya. "Masak nasi."
"Nasinya belum matang?"
"Belum Bang." sahut Elle.
Inilah kami bertiga. Jika boleh diadu dengan laki-laki, jelas otak kami lebih keruh. Kadang kami hanya pura-pura polos di depan laki-laki, namun jika sudah berkumpul. Cara pembentukan sel telur pun kami bahas.
"Laras." Mas Hardi keluar dari kamar kami. Dia mengambil gelas, mengambil air mineral dari galon.
"Udah ah. Mau pindah kamar. Males, pada sama pasangan masing-masing." Elle mengangkat laptopnya. Dia kembali ke kamarnya.
"Makanya move on dari mantan, Neng." aku mengejeknya. Dia melayangkan jari tengahnya. "Bacot!"
*****
Aku merindukan memakan gudeg. Sudah lama aku tidak merasakan makanan itu, aku meminta Lisa ikut denganku. Mas Hardi dan Bang Adrian sedang berjalan-jalan berdua. Aku tidak tahu apa yang mereka beli.
"Habis ini kita jalan-jalan ke Beringharjo, Lisa mau?" tanyaku sambil menyuir ayam milik Lisa.
"Mau, Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Roman d'amour[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...