t i g a p u l u h l i m a 🌻

64.3K 4.6K 141
                                    

"Katanya dua minggu lagi anak-anak pada rencana reunian."

Aku, Sita dan Elle. Kami berkumpul di rumah besar adik iparku. Lisa, Kevin dan Frans berjalan-jalan. Membelikan Lisa banyak mainan, terutama Kevin. Dia akan selalu bersama anakku. Untung Sita dan Mas Hardi bukan adik-kakak kandung. Jika iya  kasihan kisah Kevin dan Lisa.

"Di grup angkatan rame banget." Sita membuka aplikasi chat di ponselnya. Aku ikut melirik ponsel sahabatku.

"Yang jelas gue gak bisa ikut." sahut Elle. Ada dua alasan mengapa Elle tidak bisa ikut, pertama karena dia pindah sekolah saat kelas 11. Kedua, aku tidak mau menjelaskan. Terlalu panjang penjelasannya.

"Gue udah bilang Mas Adrian." balas Sita. "Anak-anak suruh lo dance Ras."

"Ngapain?"

"Lo dulu ketua ekstrakulikuler dance dan taekwondo. Jadi mereka pada minta lo dance."

Aku berdecak kesal. "Bikin susah aja. Pakai lagu apa?" tanyaku sambil membaca pesan di grup alumni SMA Angkasa.

"Terserah lo. Yang penting lo sama grup dance lo dulu tampil."

"Besok gue atur."

"El, ikut gak?" tawar Sita kepada gadis yang masih sibuk melototi laptop.

"Kalian aja." balas Elle acuh, seolah dia tak perduli dengan ajakan Sita ke Jakarta. Kenangan di SMA Angkasa tidak terlalu baik di pikirannya.

"Terus kerjaan Bang Adrian, Ta?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kebetulan dia ada kerjaan di sana."

"Kevinnya Lisa?"

"Dia sekolah. Harus tetep di Jogja."

"Lo titipin siapa?"

"Elle sama Ayah Aland."

Perbincangan kami berlanjut hingga Mas Hardi memanggilku ikut bersamanya. Dia berjanji mengajakku jalan-jalan sore.

*****

Mas Hardi menarik tanganku sampai ke depan rumah. Terdapat sepeda tandem di halaman rumah Sita, dia menyuruhku menaiki sepeda itu. Kami mengayuh sepeda bersama-sama sambil menikmati langit yang masih terang.

Mas Hardi berhenti di warung penyetan sesuai permintaanku. Kami memesan ayam penyet dan es teh untuk dinikmati bersama.

"Besok kita sudah pulang." Mas Hardi membuka pembicaraan.

"Iya."

"Libur Mas juga akan berakhir." aku menyuapkan kerupuk ke mulut Mas Hardi lalu mengangguk. "Mas Hardi pasti sibuk lagi."

Pesanan kami datang. Aku mencuci tangan sebelum makan, Mas Hardi mengernyit heran melihatku makan menggunakan tangan.

"Mas makan pakai sendok?"

Mas Hardi mengangguk. Asal dia tahu, makan langsung menggunakan jari itu lebih enak daripada melewati perantara seperti sendok. Aku menyingkirkan sendok yang dipakai Mas Hardi, aku menyuapi dia langsung dari tanganku. Mulanya Mas Hardi menolak, namun aku terus memaksanya sampai suamiku membuka mulutnya.

"Gimana?" aku menyuapi diriku sendiri setelah itu Mas Hardi.

"Mas lebih suka tangan kamu menyuapi Mas langsung."

"Itu maunya Mas." aku mendorong piringnya, biar dia makan sendiri.

"Ayolah Laras. Mas lelah mengayuh sepeda, kamu di belakang hanya mengikuti gerakan kaki Mas."

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang