Banjiri bab ini dengan komenan dan vote dari kalian ❤️🥰
*****
"Singkirkan tangan kamu dari istri saya!" sentak Mas Hardi. Aku melongo menatapnya, ini bapak-bapak tukang cilok tak kalah kaget, ia kena semprot gara-gara mengambilkan aku tusuk untuk memakan cilok.
Aku menyengir pada pedangan cilok. "Maaf ya Pak. Waktu pembagian akhlak suami saya absen." balasku tak enak. Bapak cilok tersenyum padaku dan Mas Hardi.
Aku menarik tangan Mas Hardi menjauh. Kami menghabiskan waktu sore hari untuk jogging bersama. Kami duduk di taman komplek, aku memakan cilok ke sukaanku.
"Parah. Tukang cilok di marahin."
"Dia hampir menyentuh tanganmu." Mas Hardi menerima suapan cilok dariku.
"Wajar, aku baru ambil kecap terus penjualnya ngambilin tusuk."
Dia melengos, tak ingin menatapku. Aku menjatuhkan kepalaku ke pundaknya. Memandang orang yang berlalu lalang, entah melakukan senam ibu-ibu setiap hari Kamis di taman komplek atau jalan-jalan menikmati langit sore. Ibuku juga ikut senam bersama Ibu-ibu lainnya.
Keringan menetes di pelipisnya, dia memakai baju yang pas di tubuh kekarnya. Mas Hardi merupakan penggambaran hot Papa yang sesungguhnya dan tentu saja cocok di sandingkan denganku.
Aku membuang plastik wadah cilok ke tempat sampah di depan kami. "Tadi Mamanya Lintang ke rumah Ibu." aku menjelaskan kejadian siang tadi.
"Dia bilang apa?" Mas Hardi menggenggam tanganku, menyelipkan jemari panjangnya di sela-sela jariku yang nampak kecil di tangannya.
"Dia bilang maaf atas semua kesalahan Lintang. Mama ngerasa bersalah."
"Bisa kamu ganti panggilan orang tua Lintang?" aku lupa sedang berhadapan dengan suami paling posesif sepanjang masa. "Sebenarnya Mas agak risi kamu memanggil orang tua Lintang dengan sebutan Mama dan Papa."
"Terus aku panggil apa? Pak lek, buk lek?" tanyaku jengah.
"Om dan Tante lebih indah di telinga Mas."
"Intinya Tante Sarah minta aku buat ke rumah sakit tempat Lintang di rawat. Empat hari belakangan ini Lintang terus ngigau nama aku di mimpinya. Dia demam dan akhirnya di larikan ke rumah sakit, sampai sekarang panas di tubuhnya gak turun."
"Itu urusan dia." balas Mas Hardi cuek.
"Kasihan Tante Sarah, Mas. Dia bolak-balik dari rumah sakit ke rumah Ayah buat mohon-mohon mau nemuin Lintang. Suamiku masa gak kasihan sama orang tua?" aku mencubit gemas pipi Mas Hardi.
"Ada syaratnya."
"Dahlah, males."
"Mau tidak?"
"Apa syaratnya?"
"Hari ini tujuh ronde."
"Matamu!" aku melempar wajahnya menggunakan handuk yang menggantung di leherku. "Main sono sama guling!"
"Guling gak bisa mendesah, Sayang." suaranya membelai telingaku. Dia berbisik.
Aku mencubit lengannya yang keras. Lalu berjalan meninggalkan Mas Hardi yang tergelak. Dasar suami mesum.
*****
"Mama. Lisa punya kalung buat Mama." Lisa memberikan aku kalung dari manik-manik warna warni. Aku menerima kalung dari Lisa. "Tadi Miss Eni ajarin Lisa cara merangkai bola-bola kecil jadi kalung."
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...