d u a p u l u h e m p a t 🌻

79.6K 6.3K 378
                                    

WARNING! MATURE CONTENT!

TERIMAKASIH 365 DNI DAN BEBERAPA NOVEL DEWASA. SEBAB KALIAN AKU BISA BUAT BAB INI 😈

Maklum ye kalau kurang hot, aku belum pernah ngalamin secara langsung.

*****

Mas Hardi menggendongku ala bridal ke kamar di tempat ini. Dia membaringkan tubuhku di ranjang. Atmosfer kamar ini mendadak panas.

"Kamu benar-benar sudah siap?"

Aku mengangguk. Ayolah Laras, ini mudah. Hanya semalam dan mungkin berlangsung tidak lama. Aku mengalungkan tanganku di lehernya dan kakiku di seputaran pinggang Mas Hardi.

Tugasku gampang. Tiduran sambil ngangkang. Selesai. Pulang. Itu saja, ya itu saja tapi rasanya sangat mendebarkan.

Tangan Mas Hardi mengusap dari mata kaki sampai ke pinggulku. Telapak tangannya yang kasar menambah kesan menggelitik di kakiku.

Aku menahan tangannya yang hendak membuka kancing belakang pakaianku. "Dompetku ada dimana?"

"Meja sebelah sofa kamar ini."

Tangannya meraba-raba punggungku. "Dimana kancingnya?" tanya Mas Hardi.

Aku mengangkat bahu. Pakaian ini terlalu ribet sampai aku sendiri tidak tahu letak resleting maupun kancingnya. Aku memakai ini harus dibantu dua perempuan.

"Ribet Mas baju ini, aku aja tadi dibantu—"

Tangan Mas Hardi berpindah ke depan. Merobek dress yang aku kenakan. "Terlalu lama."

"—dua orang."

Gucci dress seharga 88.5 juta robek begitu saja.

"Dress gue...," aku menatap nanar dress yang dirobek secara paksa oleh Mas Hardi. "Besok aku pulang pakai apa?"

"Mas akan belikan yang baru."

Oke, saatnya Mas Hardi menggarap aku. Dia menyingkirkan dress itu dari tubuhku. Dimulai dari mencium bibirku dalam, tangannya memberikan rangsangan di tubuhku sampai aku menggeliat di bawahnya.

"Mas." desahku.

Mas Hardi kian semangat menggerayangi  bagian atasku. Tanpa sadar aku mengigit lehernya, setelah melakukan itu Mas Hardi terdiam. Apa aku membuat kesalahan? Aku menjauhkan wajahku dari lehernya. Namun Mas Hardi menahan kepalaku tetap di tempatnya.

"Jangan berhenti." suara serak bercampur berat Mas Hardi melarangku.

Setelah puas setiap sudut di tubuhku. Dia merangkak naik dan melepaskan celana dalamku, tanganku meremas sprei. Kenapa pula sprei di sini berwarna putih? Bikin malu kalau ada housekeeper yang bersihkan kamar ini.

Aku mendesah saat lidah Mas Hardi membelaiku di titik paling sensitif yang ada di diriku. Dia mencium bibirku tiba-tiba, aku membalas lumatan Mas Hardi tak kalah ganas. Tanganku mendorong dadanya agar berbaring di bawahku.

"Kamu mau apa?" tanya Mas Hardi bingung.

"Gantian."

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang