Kenapa ye kalau nulis cerita yg mau tamat itu tiba-tiba males nulis? Ada yang nulis cerita juga kan pembaca di sini? Cara ngilangin mager ngetik gmn?
******
Taman rumahku ramai dengan kedatangan sahabatku dan keluarganya. Sita menari bersama Elle di taman, anak-anak berkumpul di tengah taman. Lisa dan Kevin saling bergandengan sambil membawa sepotong kue di tangan masing-masing. Sedangkan aku iseng mengambil bunga.
Aku mengelus tengkukku yang mendadak berdiri. Aku tengah berada sendirian di taman bagian pojok yang agak jauh dari tempat pesta berlangsung.
Aku menali sepatu casual yang ku pakai. Dari semak-semak aku mendengar mereka bergerak pelan. Aku segera menoleh dan mataku berpapasan dengan sosok yang baru pertama kali aku temui selama aku bernapas di bumi.
Aku menjerit kecil lalu berlari ke arah luar menuju taman utama. Hah?! Apa novel ini sudah berganti genre?! Kenapa tiba-tiba muncul makhluk seperti itu?
Aku menepuk pundak Elle yang mengernyitkan dahi. Dia malah memulai percakapan random tanpa bertanya mengapa aku berlari tergesa ke arah mereka.
"Sekali produksi langsung tiga. Hebat lo Ras." ucapnya sambil menatap anak-anakku.
Aku melupakan pemandangan yang sempat bertemu dengan mataku. Perlahan napasku rileks, aku tidak boleh takut Mbak Kun, derajatku lebih tinggi dibandingkan mahkluk itu.
"Mana udah langsing lagi sekarang." tambah Sita. Mereka tidak sadar bahwa tubuh mereka juga tidak berubah sama sekali setelah melahirkan.
Kami bertiga bukan termasuk golongan orang malas berolahraga. Kami bukan kaum rebahan seperti orang yang membaca kalimat ini dalam hati tanpa perduli yang terjadi di sekitar.
"Di sini yang produksi anak paling banyak ya cuma lo Ras." ucap Elle.
"Kalian gimana caranya bisa dapet anak kembar? Gue juga kepengen punya anak kembar."
"Mana gue tau. Tiba-tiba aja dikasih kembar, tiga lagi." balasku. "Gue ambil cumi dulu. Kalian di sini."
Sita dan Elle mengangkat jempol. Aku mengambil cumi panggang di dekat Ayah, dia menggendong Arkan sembari menggoda bocah itu.
"Ayah gak capek gendong Arkan terus?" sedari tadi Ayah tidak ingin melepaskan Arkan. Regan di gendong Mama Jena dan Raka bermain dengan Ibu.
"Enggak. Dia gak rewel." Ayah menggerak-gerakkan tangan mungil Arkan. Dari dulu Ayah memang mengharapkan kehadiran seorang anak laki-laki, tapi dia tidak menyalahkan takdir telah memberinya dua anak perempuan yang tentu saja sangat cantik.
Cucu pertama dan kedua Ayah juga seorang anak perempuan. Dan saat aku hamil Asta, Ayah senang bukan main sampai rela memanjat pohon mangga Pak RT dengan tujuan mengambilkan aku mangga muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...