*****
"Mama bawa Lisa ke rumah Mama. Nanti Mama antar ke rumah kalian, kamu tenang saja." Mama Jena mampir ke sekolahku. Dia menjemput Lisa untuk diajak bermain bersama. Hal itu mereka lakukan setiap minggu.
Lisa berada di gendonganku, ia kelelahan bermain dan tertidur di dalam gendonganku.
"Bisa kita bicara sebentar Ras?"
Aku menuntun Mama Jena duduk di depan kursi perpustakaan. Aku mengelus punggung Lisa yang menggeliat. Lisa sekarang duduk di pangkuanku, tangannya memeluk punggungku.
"Mama gak nyangka kedekatan kalian tidak membutuhkan bertahun-tahun." ucap Mama Jena.
"Dari pertama kali kita bertemu, kita memang udah dekat."
"Lisa sering berbicara?"
Aku mengangguk. "Lisa selalu cerita kejadian yang dia suka dan tidak suka. Lisa anak yang ceria."
Sekilas dapat kulihat Mama Jena tersenyum sendu. "Ceria? Dia jarang sekali berbicara saat bermain dengan Mama." Mama Jena menyentuh tanganku di punggung Lisa. "Maka dari itu Mama tanya. Bagaimana cara membuat Lisa bisa semanja ini dengan kamu? Jujur Mama ingin berada di posisi kamu."
Aku bingung. Kejadian aku dan Lisa terjadi begitu saja, aku tidak tahu akan sedekat ini dengan dia.
"Mama tenang Lisa berada di tangan yang tepat. Kalian berdua sangat cocok. Kamu wanita yang sempurna untuk Hardi."
"Ma, aku gak sempurna. Aku—"
"Mama tau. Mama gak menuntut cucu dari kamu. Dengan kamu mau mendampingi Hardi dan menjadi Ibu sambung Lisa, Mama sangat senang."
Salah satu hal yang aku syukuri. Mama Jena tidak pernah protes atas apa yang aku lakukan, ia selalu menghormati aku walau aku ini bukan mantu idaman. Aku tidak bisa memasak dan sulit mengandung.
"Mama jangan tinggalin Lisa." Lisa bergumam dalam tidurnya. Beberapa kali aku memeriksa Lisa di kamarnya, ia suka mengigau. Aku memeluk tubuh Lisa lebih erat.
"Mama di sini Sayang."
"Hati kamu lembut." ucap Mama Jena.
Aku orang yang jarang hampir tidak pernah marah. Tapi Mama belum melihat jika aku merah, tembok kamarku menjadi saksinya. Sampai Ayah membangun ulang kamar rumahku yang temboknya retak bahkan tercuil.
"Mama boleh gendong Lisa? Sebelum sore." aku mengangguk, melepas pelukan Lisa di tubuhku. Memindahkan tubuh Lisa ke Mama Jena.
Aku melambaikan tanganku ketika mobil yang dinaiki Mama Jena menghilang dari pandanganku. Sekarang aku harus menunggu Mas Hardi, dia tadi mengantarkan aku dan Lisa ke sekolah.
"Bu Laras?" aku mendesah kesal dalam hati. Memasang senyum palsu pada Pak Davin. "Belum pulang Bu?"
"Belum Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...