e m p a t p u l u h 🌻

60.9K 5.1K 223
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Eh, Ras. Lama gue gak ketemu lo. Udah ada suami aja." Awang datang dengan istrinya. Hanya dia yang bersama istrinya. Ketiga temannya masih sibuk menjomblo.

Apalagi Ardi dan Rian. Mereka terdeteksi menjadi sadboy.

"Suami gue ganteng kan?" aku memeluk lengan Mas Hardi. Dia tersenyum formal ke Awang dan orang di sekitar meja yang kami duduki.

"Sita mana?" tanya Rian. Matanya menjelajah auditorium, orang ini ternyata belum move on.

"Sama suaminya dan anak-anak mereka." jawabku. Rian kembali menunduk, pura-pura tidak mendengarkan kalimat yang aku katakan.

"Gimana jadi dokter Wang?" tanyaku pada Awang. Dia mengangguk saat istrinya pergi ke toilet.

"Biasa aja. Cuma waktu koas itu banyak banget penampakan yang gue lihat. Bentuknya bermacam-macam."

Reza menepuk pundak Awang. "Gue mau tanya. Kalau keluhan pasien itu menandakan gejala-gejala rindu itu dilarikan kemana?"

"Ke ruang I see you." balasan Awang membuatku tertawa.

"Ras. Bau ikan itu apa?" tanya Reza padaku.

"Amis."

"Kalau bahasa Inggrisnya kamu?"

"You."

"I miss you too."

Mata Mas Hardi membelalak tak terima. "Bercanda Om. Gitu aja marah." sahut Reza sebelum suamiku mengomelinya. "Suami lo galak Ras."

Aku memeluk perut Mas Hardi di hadapan semua orang. Dia merangkul pundakku sambil mengelus rambutku. "Galak gini yang penting gue sayang."

"Ardi. Gimana kabar lo?"

Ardi melirik singkat diriku. Dia berbeda dari terakhir kali kami bertemu saat pesta kelulusan kelas 12. Dia tidak murah senyum, tak ada senyum tengil seperti dulu. Ardi berubah 180° karena kepergian Elle. Tenyata sahabat rusuhku itu mampu merubah seorang laki-laki menjadi seperti ini.

"Baik." jawabnya singkat. Aku harus memberi tepuk tangan di depan wajah Elle, gadis itu luar biasa.

"Lo udah ada pacar sekarang?" tanyaku iseng, kaki Reza menyenggol kakiku sebagai teguran.

"Gue balik. Ada kerjaan." Ardi mengambil jas yang dia sampirkan di kursi. Pergi begitu saja tanpa menatap kami semua di meja ini.

"Gue prihatin sama keadaan Ardi sekarang." gumam Awang masih bisa kudengar.

Aku mengangguk, menyetujui. Dengan kepala masih bersandar di dada Mas Hardi, aku menimpali. "Padahal dia yang milih Alexa. Eh, akhirnya malah dia sendiri yang nyesel. Aneh."

"Khilaf kali." celetuk Reza.

"Khilaf tapi ngajak balikan Alexa sampai Elle dilupain. Sukurin, karma dibayar tunai!"

D U D A  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang