Udah vote bab ini? Kasih dulu kuy 😉❤
Buat yang setia baca, vote apalagi komen sampe bab ini. Aku mau bilang makasih banget ya. Huhuhu terhura 😭
*****
Hardi's POV
Kepergian Ares beserta keluarganya membuatku tersadar kalau Laras sedari remaja sepopuler yang aku bayangkan. Walau dia tidak pernah menebar senyum, namun ada saja orang yang menyukainya. Bukan hanya Lintang.
"Jadi itu istri kamu?" seorang wanita dengan segelas whiskey di tangannya melangkah ke arahku. Pakaiannya sangat terbuka dan menerawang, siapapun dapat melihat bulatnya dada yang dimiliki wanita itu.
"Ya."
"Not bad. Tapi tubuhnya tidak lebih baik dari aku."
"Setidaknya dadanya bukan berisi silikon dan bibirnya tak pernah di filler." jawabku jujur. Terlalu sering bergaul dengan istriku, kata-katanya yang tak pernah di filter itu menular padaku.
"Aku yakin kamu tidak pernah puas dengan wanita itu. Kamu salah sudah menolakku, Hardi."
"Aku tidak tertarik dengan jalang dan tentu saja aku sangat puas dengan istriku."
Renata, dia kerap menyatakan perasaannya padaku. Tapi aku sudah tahu wanita semacam Renata hanya menginginkan kemewahan. Berbeda dengan Laras yang memang seorang gadis tulus.
"Aku tak begitu yakin dia bukan seorang jalang. Lihat pakaiannya."
Aku memperhatikan Laras, dia mengambil berbagai macam kue di piringnya lalu memakan makanan itu. Tidak ada kesan jaim atau malu-malu. Semua yang dilakukan Laras sangat natural.
"Punggung terbuka, leher diperlihatkan dan setelah sebelah kakinya hampir semua terlihat."
Aku menaikkan satu alisku. Tak sekalipun aku melepas pengawasanku memperhatikan istri kecilku itu.
"Ingat Nadira, Hardi. Jangan menutup mata seolah kamu lupa apa yang dilakukan Nadira. Dia juga memakai baju terbuka untuk menarik lawan jenisnya, pada dasarnya semua wanita itu sama."
Perkataan Renata tidak aku dengarkan. Aku menutup akses jalan masuk suara Renata.
"Terlebih tadi aku melihat dia sempat di peluk seorang laki-laki. Baju mereka pun berwarna senada. Lihat kemeja milikmu warnanya hampir sama dengan kemeja anak Mr. Ferdi." bau parfum menyengat menusuk indra penciumanku. Wangi Laras jauh lebih lembut dan segar dibandingkan Renata.
"Aku ini sahabat Nadira. Aku ingat betul kejadian kamu dan kekasih Nadira di pesta itu memakai baju yang warnanya menyerupai satu sama lain."
Sebenarnya aku tidak pernah merasa sakit hati dengan perlakuan Nadira, toh aku tidak pernah perduli padanya. Tapi perkataan Renata benar-benar mengusikku. Apa benar Laras bermain di belakangku? Bersama Ares? Mengingat mereka sempat berpelukan tadi.
Aku melirik Renata. Wanita itu tersenyum miring. "Jangan terlalu naif. Istrimu tidak sebaik yang kamu bayangkan, mungkin itu hanya topeng yang menutupi sifat aslinya." ucapnya lalu melenggang pergi.
Perasaan marah menyergap hatiku. Aku takut kehilangan Laras, dia tidak boleh pergi dari sisiku. Dia harus tetap berada di tempatnya. Yaitu bersamaku dan Lisa.
Aku menghampirinya. Dia memakan red velvet cake sambil mengupdate cerita di sosial medianya. Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas. Aku segera menarik tangannya sebelum dia menambahkan porsi makannya.
Awalnya dia menatapku heran. Hingga kata-kata yang mampu menusuk telinga seseorang keluar dari mulutku. Aku juga tidak memprediksi kemarahan yang aku rasakan membuat Laras merasa harga dirinya direndahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Margaretha Larasati. Dia bukan tipe gadis yang sangat rajin. Bukan gadis yang pintar memasak seperti kedua sahabatnya. Namun Laras adalah gadis yang paling santuy. Laras tidak suka kehidupannya diurusi oleh...