Navisya termenung di dalam kamarnya, ingatan nya kembali pada kejadian tadi sore. Ia masih tidak percaya dengan itu, disaat dirinya masih menginjak umur 20 tahun, ia sudah dilamar oleh seorang laki-laki yang baru saja ia kenal.
Navisya menutup wajah nya dengan kedua tangan, berusaha untuk tidak memikirkan kejadian tadi. Tapi, ia tidak bisa jika tidak memikirkannya. Masalahnya, lamaran ini menyangkut kehidupan nya di masa depan nanti dan ia sama sekali tidak mencintai Arka sedikitpun.
CEKLEK
Pintu kamar terbuka, membuat lamunan Navisya buyar seketika. Ia menoleh, terlihat Sarah sedang berjalan menuju ke arahnya.
Sarah mendudukkan dirinya disamping Navisya, menatap teduh putri kesayangan nya yang saat ini sedang bimbang. Setelah itu, tangan nya tergerak untuk menggenggam erat tangan Navisya.
"Udah jangan bingung, Sya. Mamah tau kamu lagi takut dan bingung dengan lamaran ini." Navisya menoleh, membentuk senyuman untuk menutupi segala kebingungan nya.
"Keliatan banget ya, mah?" tanya nya, Sarah mengangguk.
"Kamu pasti kaget, karena kamu baru banget kenal sama Arka, bahkan tau namanya aja baru tadi." Navisya sedikit mengkerutkan keningnya, bagaimana mamah nya tau akan hal itu? Padahal Navisya tidak bercerita apapun sedari tadi.
Sarah menatap lekat Navisya, "Mamah tau,Sya. Keliatan dari cara kamu ngenalin Arka tadi, kamu ngegantungin ucapan kamu dan merasa bingung untuk nyebut namanya." lanjut Sarah.
Navisya sedikit kagum dengan mamahnya itu. Memang ya, ikatan batin antara orang tua dan anak itu sangat kuat, terutama ibu. Ia pasti tahu segala keluh kesah yang dialami anaknya hanya dengan melihat dari raut wajah nya saja.
"Tapi, Mungkin saja hanya kamu yang tidak mengenal Arka, sedangkan Arka sangat mengenal dan mencintai kamu. Ingat jawaban Arka saat ditanya ayah tadi?" tanya Sarah, Navisya mengangguk tapi ia tidak tahu jawaban mana yang dituju mamah nya itu. Terlalu banyak pertanyaan yang Arka jawab, jadi Navisya bingung.
"Arka bilang, kalau selama ini dia selalu menyelipkan nama kamu disetiap doanya. Berarti sejauh ini, Arka sudah kenal dan mencintai kamu terlebih dahulu."
"Dan mungkin saja, dia adalah orang yang selalu ada disamping kamu tanpa kamu ketahui." jelas Sarah, Navisya terdiam. Ia sedikit mencerna kata-kata mamahnya itu, apa benar perkataan Sarah barusan?
"Jika mamah jadi kamu, mamah akan langsung terima lamaran Arka tanpa perlu pikir panjang." kata Sarah, Navisya menatapnya heran.
"Walaupun gak cinta sekalipun?" tanya Navisya, Sarah mengangguk. Navisya menganga, kenapa mamahnya bertindak seperti itu jika dilamar Arka? Apakah ia menerima nya karena ketampanan wajah Arka? Ya, Navisya akui kalau Arka memang tampan. Tapi tetap saja, hati Navisya tetap tidak bisa jika untuk menerima Arka dalam waktu cepat. Dengan hanya bermodalkan tampang saja, tidak bisa membuat hati Navisya jatuh dalam ketampanan nya.
"Tapi Navisya gak bisa kaya gitu mah, yang namanya pernikahan itu harus didasari oleh cinta dari kedua belah pihak. Mungkin mamah bisa ngelakuin itu, tapi Navisya gak bisa." mata Navisya mulai berkaca-kaca.
"Gak semua pernikahan didasari dari cinta kedua pasangan nya, ada sebagian dari mereka yang mulai belajar mencintai sejak dirinya menikah. Gak semuanya sama seperti apa yang kamu pikirkan."
"Menurut mamah, perlahan kamu pasti bisa mencintai Arka. Arka laki-laki baik, ia pasti akan sabar menunggu kamu untuk mencintainya dan selalu berusaha untuk membuat kamu cinta kepadanya."
"Tapi, semua keputusan ada ditangan kamu. Mamah hanya memberi saran, dan mamah akan selalu dukung apapun keputusan kamu. Nanti, kamu sholat istikharah. Minta petunjuk sama Allah atas pilihan yang membuat kamu bingung." ucap Sarah dengan diakhiri senyum, air mata Navisya mulai turun membasahi pipi bersihnya. Kali ini ia akan menangis, ia sudah tidak tahan menahan tangis yang sedari tadi ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKASYA
RomanceROMANCE-ISLAMI ON GOING AWAS BAPER⚠ "Yang namanya usaha, pasti tidak akan mengkhianati hasil." Kata-kata itu terus terulang dikepala Arka, membuat dirinya semakin bersemangat untuk menggapai cinta seorang perempuan yang telah lama ia impikan. Segala...